Tuesday 29 November 2011

catatan ( )

engkaukah yang sudi memandang setitik dakwat yang kutitis di daun kering. takdirnya hanya coretan di bulu kambing yang dipandang orang. sayugia, dua rasa dari dua gelora berpendar antara dua suara, kupilih engkau bertahta di nirmala cinta. darjat manusia, si miskin lebih ramai menghuni syurga....

catatan ( )

ke bumi tak jejak
ke langit tak sampai
kau mekar di awang-awangan
bak puteri
hidup dalam bayangan

Sunday 20 November 2011

catatan (xc)

kukuak embun menitis
di celahan ribuan dedaun
kupilih sirih berdaun putih
lalu kugantung di sulur jantung
ya... ayuhai - kusimpan aroma di tepak kasih
biarlah berpendar...

Friday 18 November 2011

catatan Djazlam Zainal

HITAM PUTIH MENJADI ZARAH DARI SUDUT KRITIKAN PSIKOANALITIK KLASIK

oleh Djazlam Zainal pada pada 16hb November 2011 pukul 8.31 ptg

Apabila membaca jodolnya Hitam Putih Menjadi Zarah ( I - Man Creative, Malaka, 2011, 84 halaman  ) saya melihatnya ada sesuatu di sebalik jodol itu. Hitam putih sendiri mempelawa fenomina mimpi yang juga berkait dalam tradisi Islam dan sufi. Kalau kita menjurus kepada mimpi, dalam Islam mengakui nilai baik buruknya. Mimpi yang dikaitkan dengan gangguan setan dan mimpi baik dari rahmat Ilahi.  Dilihat dari sudut analisa Freud ( Sigmund Freud ) mimpi merupakan kegiatan subsense seksualitas manusia. Bagi Freud, mimpi dikaitkan dengan alam yang rendah dan busuk. Maka Freud dengan iseng merumus, mimpi hanya kegiatan subnormal ( non real ) tidak ada apa-apa hubungan mimpi dengan frekuansi alam raya. Mimpi sebagai mystical vision. Dalam Islam mungkin ketiga-tiga rumusan Freud itu sebagai mimpi buruk ( setan ) Sedang harus ada mimpi baik dari sang Khaliq. Titus Burchhadt merumuskan, since there are dreams of divine or angelic insprivation, their opposite must also exist, and those are dreams of  satanic impulsion, containing palpable caricatures of sacred form ( 1987: 57 )

Dalam Ceritera Lapangan ( hal. 1 ) Rosmiaty menulis,

seekor helang hitam
di atas kebel voltan tinggi
memandang gagah
melayah ke langit lepas

seekor tikus tanah
terperangkap di tengah panas
menggelupur menunggu harap
untuk kembali bebas
ke tanah luas

seketul roti
dicelah sampah sarap
buat sarapan pagi
seorang bidadari

Jelas ada pemikiran di sini. Seekor helang hitam. Hitam sekali lagi diangkat menjadi psikoanalitik klasik. Siapa bertubuh hitam. Di sini, dimunculkan helang. Tidak gagak. Gagak memberi konotasi sakral, songsang, kotor serta jorok.  Helang dikonotasikan gagah, tangkas, pinter dan bebas. Untuk dikawinkan dengan baris dua " di atas voltan tinggi "  hanya ketangkasan helang dan bukan kesintiran gagak. Di sini hitam telah dilabelkan sebagai elegan dan gampang untuk seekor helang.

Pada perengan dua, seekor tikus tanah menggelepar minta dibebaskan di satu kawasan tanah luas. " tikus tanah menggelepar " satu konotasi kelesuan. Tikus sering disinonimkan dengan penyeludupan, kegiatan haram, dan musuh kebaikan. Tikus tanah ini konotasinya, keterpinggiran, penyodotan dan keterpaksaan. Marhaen sering dikatakan tikus tanah.
Pemikiran paling tinggi harus dilihat pada rangkap tiga, di mana seketul roti basi yang dibuang di celah sampah menjadi santapan seorang bidadari. Roti yang kotor dan bidadari. Kontradiksi yang paling tinggi maknanya. Kenapa bidadari harus bersantap roti basi. Mata manusia tidak sama dengan mata sang pencipta. Darjat manusia juga tidak terletak pada pengiktirafan manusia. Bagi sang pencipta, siapa di antara kamu yang paling bertaqwa, dialah yang paling mulia di sisi-Nya. Kemiskinan tidak merendahkan darjat manusia di sisi Allah. Roti yang dilempar oleh seorang pembazir ( sahabatnya setan ) akan dikutip oleh manusia ( dalam tanda ketik ) bidadari.

Apakah boleh puisi di atas adalah mimpi penyairnya, Rosmiaty? Saya melihatnya seakan ruang yang begitu jauh daripada dunia ril. J. Spencer Trimingham menyatakan tentang penyair yang menulis puisinya dari hakikat mimpi. The importence of dream and vision in the whole schance of the sufi can hardly be overstressed; the literature of sufism and hagiographe in a particular are full of them and their significance in the life of individuals and society, Ibn al-Arabi al-Futuhat al-Makkiyya dirives diretly form such experience and he show how the decisive stages of life were marked by dream ( 1971: 190 )

Mimpi dan hubungan dengan pencipta puisi telah tersemat pada penyair-penyair besar Andalusia seperti Muhyiddin Ibn Arabi. Ini dibaitkan dalam al-Futuhat al-Makkiyya dan Fusus al-Hikam.

Dalam Mim Apa, Kemala? ( hal. 2 )

mim apa yang menyelimuti seluruh hayatmu, kemala
hingga pasang surut air semakin bergejolak
mengasuh setiap sudut tanah adat
dan bukit pun semakin runtuh
derainya menimbus sedikit demi sedikit
hutan-hutan belantara yang semakin
kontang, terasing dan tandus
kian tenat menterjemah makna nazak

segala milik alam cakrawala
yang menjadi petunjuk kalam azimatmu
tetes tinta dari pena keramatmu, kemala

dan akhirnya perjalananmu bakal tiba
ke titik persada yang engkau tetapkan
setelah menerjah beribu-ribu sayap margasatwa
merempuh berjuta-juta jiwa lara
dengan kembang kasih sayangmu

kilat mata pedangmu
terlalu menyilau hayatku
hingga tak tercapai akal fikirku
menanggapi puisi-puisi sufimu
kerana mim-mu keramat lelahku
telah mengatasi segala akal budiku

Mim merupakan kumpulan puisi terbesar dihasilkan oleh Kemala. Mim telah dibahas dan dikaji oleh pelbagai rupa sarjana dari latar agama yang berbeda. Mim juga yang disorot oleh Rosmiaty. Ini menunjukkan ada kaitan mimpi antara Kemala dengan Rosmiaty. Mimpi di sini barangkali bermaksud tautan insprensif yang sama. Sama-sama meninjau alam malakut dengan pandangan mata hati ( aiynal basirah ) sehingga ia dapat diartikan sebagai, intuition; literally " the raining of curtain or veil  "   karya-karya tasauf sedemikian telah sampai ke peringkat kesenian mukaddas ( sacret art ) kerana menurut Osman Bakar, " untuk menyampaikan risalah atau kebenaran kerohanian ini dan juga mempertemukan manusia dengan kehadiran alam samawi. Tujuan estatika tidak terbatas dalam fikiran penciptanya. Namun demikian karya seni mukaddas ( suci ) tetap kelihatan indah kerana kebesaran rohaniah pasti memancarkan cahaya keindahannya "  ( 1990: 13 )

Dalam halaman 19, ada sajak panjang ' Seketul Batu '  Batu pernah diperlihatkan oleh Muhammad Haji Salleh punya susunan keluarga. Batu-batu besar akan mengecil, mengkerikil dan menjadi pasir. Batu juga mempunyai susunan kasta, yang besar di atas, menengah dan kembali membawah. Rosmiaty dalam Seketul Batu menulis,

tapak kaki sebesar dua jari
kiata bunda, di situ ada selumbar yang menyayat
tangis yang tak henti-henti, rajuk berhari-hari
makan, minum
abang, adik dan kakak - itu lawan
teman-teman - itu kawan
lubuk dan paya, hutan dan belukar
itu taman permainan
biawak dan ular, kenari dan kedidi
sesibur sekali hinggap di sisi
itu perhiasan
berkaki ayam tak terasa ada bisa
setiap hari mesti ada rezeki
kangkung liar, kelayur itik
pucuk lamidin, paku tanjung
dan sesekali dapat cendawan kukur
nikmatnya dikenang berhari-hari
tapi setiap rezeki ke perut
mesti ada sangsi dan tujuh belahan sisi
yang sering hinggap di kaki membawa ke hati
dari gencar di mata membawa kenang ke mati
kata bunda, kedegilan kamu
dibentuk, diasuh tetap macam batu
dan batu itulah
yang menyongsang angin mengejar ilmu
yang menjadi pemburu rahsia alam
yang menjadi penakut kepada siang
tetapi berani kepada malam
yang sesekali nak jadi bidadari
meniti di lengkung pelangi
nak paut taman firdausi
tapi jatuh ke telaga puisi

kata bunda lagi
sekeras mana pun seketul batu
setitis demi setitis air yang menimpa
bisa melemahkan
bisa lerai hingga berderai

Ini bukan requim, tapi ini satu bentuk kerohanian. Untuk menulis sesuatu bentuk yang suci ( mukaddas ) al-Ghazali merumuskan kreteria ini.
1. Hendaklah dia memperbaguskan hati ( ikhlas )
2. Menyusun kata-kata yang baik.
3. Membersihkan diri daripada perkara yang haram.
4. Mengelokkan teknik penulisan.

Menurut al-Ghazali, kreteria di atas mementingkan dimensi kerohanian dalam pembinaan pribadi penulis dalam artikata penulis kreatif Islam tidak boleh mengekplotasi teknik penulisan semahu-mahunya atau sebebas-bebasnya. Malah mengelokkan teknik penulisan dalam konsepsi al-Ghazali dapat ditakrifkan sebagai menghaluskan jalan pemikiran penulis untuk membolehkan dia mengungkapkan dan mengimbangi bahasa dengan isi untuk memperoleh nilai estatika yang tinggi. Farid al-Din Attar, Hamzah Fansuri, telah menggunakan ' burung ' sebagai lambang perjalanan rohani. Muhammad Haji Salleh dan Rosmiaty Shaari menggunakan ' batu ' sebagai lambang kekerdilan dan kedaifan serta peraturan-peraturan duniawi.

Sesungguhnya, menikmati  puisi hitam putih menjadi zarah memberi kita satu tafsiran mimpi yang benar. Puisi bukan sahaja dinikmati dengan keindahan bahasanya tetapi makna yang tersirat di sebalik bait-bait kata. Psikoanalitik Klasik sesuai kerana menyua dua belahan makna yaitu hitam dan putih, benar dan salah dalam konklusi mimpi dan sadar. Tetaplah puisi adalah hitam putih kehidupan.


Daftar Pustaka

Osman Bakar, Kesenian Dari Sudut Filsafat, Kuala Lumpur, 1990
Jaafar Abdul Rahim, Kritikan Psikoanalitik Klasik, Dewan Sastra, 1992
Ismail Hamid, Kesusastraan Islam, Kuala Lumpur, 1990
Kemala, Mim, Kuala Lumpur, 1990
J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, Oxford, 1971
Titus Burchhardt, Introduction to Sufi Doctrine, 1973


 
Hitam Putih Menjadi Zarah sebuah karya mystical art

Tuesday 15 November 2011

catatan teman baikku, Lily Siti Multatuliana SutanIskandar

Berjumpa dan Berkenalan dengan Sastrawan2 Indonesia pada Peluncuran Buku karya Penyair Malaysia di TIM

oleh Lily Siti Multatuliana SutanIskandar pada pada 15hb November 2011 pukul 9.28 ptg
repost : http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/14/berjumpa-dan-berkenalan-dengan-sastrawan-sastrawan-indonesia-pada-peluncuran-buku-karya-penyair-malaysia-di-tim/

Rosmiaty Shaari, penyair Malaysia diundang oleh pihak PDS H.B. Jassin Taman Ismail marzuki untuk meluncurkan buku puisi karya nya yang berjudul Dari Hitam Putih Menjadi Zarah dan pada acara ini juga diluncurkan buku sastra karya Free Hearty berjudul Keadilan Jender Perspektif Feminis Muslim dalam Sastra Timur Tengah.

Acara yang diisi dengan  bedah buku dengan pembicara Sastrawan Handoko F. Zainsam dan Dr. Novi Anoegrajekti dengan moderator Sastry Sunarti Sweeney  dihadiri oleh para peminat sastra serta sastrawan diantaranya Saut Poltak Tambunan,  Leon Agusta, Sutan Iwan Soekri serta Gerson Poyk, Sastrawan yang sudah berumur 80tahun namun masih nampak sehat, beliau pernah mendapat SEA Write Award di th 1989.

Acara yang diselenggarakan pada tgl 21 oktober 2011 ini dipenuhi dengan hadirin pencinta seni sastra, para remaja yang tak kebagian bangku duduk dibawah beralaskan karpet dan bantal yang sudah disediakan serta disediakan juga camilan yang mengundang selera diantaranya bubur menado serta kue traditional lain nya.

Sebelum acara diakhiri Martha Sinaga, penulis buku kumpulan seribu puisi dan  Yoan  berbalas pantun. Yang menarik dan membuat Rosmiaty agak begitu takjub ternyata bahasa Melayu yang digunakan oleh Yoan yang berasal dari Kepulauan Riau ini  tidak berbeda  dengan bahasa melayu di Malaysia.

Setelah acara selesai, penggemar dan pengagum puisi puisi karya Rosmiaty Shaari meminta tanda tangan di buku dan tentunya minta difoto bersama. Tidak sampai disitu saja, masih banyak sastrawan yang ingin berjumpa dengan penyair Malaysia yang sudah akrab dengan  karya sastra Indonesia ini diantara nya Budi Setyawan penyair  yang karya karya sudah banyak dipublish dibeberapa media serta aktif di komunitas sastrawan di Bekasi dan Jakarta, ada pula sastrawan yang sudah tak muda lagi datang jauh jauh dari Aceh, L.K Ara yang ingin menghadiri acara peluncuran itu tetapi tidak kebagian tiket pesawat  katanya sehingga beliau datang kerumah saya (saat itu Rosmiaty menginap dirumah saya di Jakarta)  bersamaan dengan Rochyana Rohadi penyair dari Jakarta,  sebelum keberangkatan kami kembali ke Melaka.

Sehari sebelum kembali ke Melaka,  saya bersama Rosmiaty Shaari diantar oleh Pak Idris, kawan saya satu almamater yang baru jumpa kembali di fb serta  Sutan Iwan Soekri, sastrawan, penyair yang karya karya nya sudah banyak dipublish dimedia di Indonesia, mengunjungi toko buku Bengkel Deklamasi milik Jose Rizal Manua yang juga seorang sastrawan, actor, sutradara, dosen seni.

Sutan Iwan Soekri merekomendasikan buku buku yang patut dimiliki oleh Rosmiaty Shaari sebagai oleh oleh untuk  suaminya, Djaslan Zainal  seorang kritikus sastra  di Malaysia yang banyak menulis kritik sastra baik sastra di Malaysia maupun   sastra di  Indonesia.



 
Iwan Soekri bersama Shinta Miranda (penyair)
 
bersama Gerson Pyok di TIM
 
Sastri sunarti sweeney dan Rosmiaty Shaary
 
bersama Saut Poltak Tambunan
 
Saat Peluncuran buku Dari Hitam Putih Menjadi Zarah karya Rosmiaty Shaari ( Penyair Malaysia) dan Keadilan Jender Persfektif Feminis Mualim dalam Sastra Timur Tengah zarah di Pusat Dokumentasi HB Yasin TIM Jakarta
 
bersama pk @[1654089550:2048:Mohammad Idris Arianta], @[100001003306932:2048:Rosmiaty Shaari], Jose Rizal
 
Pembacaan Pantun Yoan dan Martha Sinaga dari kep Riau... berpantun bersahut2an dalam bahasa Melayu Riau....Penyair Malaysia, @[100001003306932:2048:Rosmiaty Shaari] begitu takjub ternyata bahasa Melayu yang digunakan di riau masih sama dengan bahasa melayu di Malaysia.....
 
Rosmiaty Shaari, Leon Agusta

Saturday 12 November 2011

catatan (lxxxv)

Kalau ada yang mempertikaikan keupayaan kita, itu urusan mereka. Hanya awan yang membunting hujan sahaja gemar mencorak cuaca berubah mendung lalu langit pun turut tersinggung. Kita hanyalah sebatang tubuh digerakkan oleh seketul daging dan sepucuk akal. Maka diamlah kita menjadi tubuh kita sendiri...

Friday 11 November 2011

catatan (lxxxiv)

Kalau ada rasa benci saat ini, bencilah sampai ke akar bumi. Sesudah itu kaukuburkanlah tanpa ragu supaya esok, benci itu tak berbuah lagi, tapi bertunas sulur baru, menguntum bunga sewangi frangipani yang menyerbak harum kasturi...

catatan (lxxxiii)

Jika gelap malam tahu betapa sedihnya hati, bintang bukan lagi penyeri, bulan bukan lagi penerang hati, kerana kata-kata yang pernah mengajak roh kembali ke alam abadi, telah hilang bicara. Saat ini, di mana degup jantungmu, sendirikah atau masih berteman lagi..

catatan (lxxxii)

tatkala Handoko F Zainsam membaca Dalam Gementar
bunyi pun menjadi senyap
diam pun menjadi mayat
aku tiba-tiba terbang ke dalam kepodang
hinggap di pucuk pohon insani
merengguk airmata syairku sendiri...

Thursday 10 November 2011

catatan (lxxxi)

aku yang kehilangan bonda lama dahulu, mencari-cari dalam belukar rindu, di celahan daun-daun dan pucuk menyulur, berlegar ke hujung raung, berpendar sendu di embun yang menitis di kalbu - bondoku pergi membawa doa yang sunyi. dan Kau meminjamkan aku seorang lagi, si lembut hati, ya Bundo Free, aku hanya menumpang sedikit gerak tasbih di hujung jari...

catatan (lxxx)

meskipun berkali-kali kaucuba melontar suara dendam yang terpenjara di dalam sarang, oleh nafsumu yang sesekali meradang, bukankah kau tak pernah kecundang - lalu diammu pun berkata, wahai muslimah, jangan kau mengalah, kerana hijabmu sangat kuat mengajakmu menyimpan diam.

Tuesday 8 November 2011

catatan (lxxviii)

jika kaupaut dahannya
jangan sampai sehabis sekah
hingga menimpa tanah
kan bergegar akarmu
kerana calar yang berguris
di dinding terakhir
pastikan pedih
ditusuk tajam selumbar

catatan (lxxvii)

yang tak akan bertanya itu engkau. kerana prinsip tak akan merubah telingamu yang memang tuli, bahkan angin pun tak pernah mengerti berapa banyak kesedihan telah terkubur di awan hati, daun juga tak pernah mengira berapa banyak luruhannya dikuburan musim, hanya musim yang berkali-kali menjerit - leburkan namamu supaya menjadi hablur. engkau, malah engkau yang diam kembali menjadi detik yang membilang setiap titik.

Monday 7 November 2011

catatan (lxxvi)

sesekali mengubah mimpi
dapatkah matahari meninggalkan pelangi
kerana kadang-kadang takdir berubah air
beriak di atas
bergelombang di bawah
bahkan kadang-kadang menggelepar
  seperti ikan hilang pernafasan...

catatan puisi Djazlam Zainal (ii)

LEWAT FOTO INI


lewat foto ini
tiga hatiku ada di sana
istri, adik dan buku
menjadi satu

lihatlah betapa manis
senyuman tiga garis
senyum istri yang merindu
senyum adik riang bertemu
senyum buku dalam pelukanmu

lewat foto ini
setompok cintaku membeku
di atas puing-puing sepi
di tanah air
sekeping rindu berlalu
di atas sitatulrahmi
mahu digulir di atas sana
semi cinta-Nya

24 zulkaedah 1432/ 22 oktober 2011

 
tiga senyum bergulir..

catatan dari suamiku, Djazlam Zainal

UNTUK TEMAN-TEMAN, INGIN KU BERBAGI PERASAAN

oleh Djazlam Zainal pada pada 22hb Oktober 2011 pukul 7.28 pagi
Memang agak sukar untuk saya mengatakan isi hati. Tetapi barangkali untuk dikongsi bersama, eloklah sesuatu yang saya rasa amat pribadi, diluahkan juga. Memang saya berbangga dengan apa yang telah dilalui oleh Rosmiaty Shaari ketika ini. Sebagai teman hidup, rasanya apa yang digembirakan oleh pasangannya, amat membahagiakan. Rosmiaty dalam bidang penulisan, mempunyai kekuatannya yang tersendiri. Beliau menulis sejak umurnya belasan tahun. Masuk Universitas Sains Malaysia mengambil bidang Penulisan Kreatif ketika berusia 22 tahun. Usianya yang muda setahun daripada saya, tidak membedakan antara kami. Beliau memang seorang cerpenis yang baik. Kumpulan cerpennya, Malam Seribu Malam, ( Teks Publishing, Kuala Lumpur, 1988 ) adalah antara kumpulan cerpen yang layak dibicarakan. Namun mata sastarawan/sarjana tanah air seakan tertutup untuk Rosmiaty. Yang demikian, untuk tatapan umum yang lebih luas, Malam Seribu Malam akan dicetak ulang dan dipasarkan di pasaran Nusantara.

Sebagai penulis puisi, pada peringkat awal, Rosmiaty tidak memberangsangkan. Sebab itu saya sarankan hanya menulis cerpen dan kalau ada masa dikembangkan menjadi novel. Masa terus berlalu dan Rosmiaty seakan membungkam dalam tempuh yang agak lama. Penyertaan dalam facebook yang mempunyai mata pusaran yang lebih luas, Rosmiaty membuka mediumnya dalam puisi pula. Sebagai penulis yang mempunyai latar penulisan dalam genre cerpen ( prosa ) puisi Rosmiaty akan berbalada, sebuah puisi panjang yang memerlukan stamina yang panjang juga. Namun ia merupakan sesuatu kekuatan dalam penghasilan puisinya. Dan ini nampaknya dilihat oleh beberapa mata sarjana di Indonesia. Mulai dari mata pusaran Sastri Sunarti Sweeney, ia diuruti dengan sarana untuk menjelmakan dalam sebuah kumpulan puisi, semua berlangsung bagai sebuah mimpi. Memang bukan mudah bagi penulis Malaysia menerbitkan kumpulan puisi yang semamangnya kurus pasarannya. Penerbit tidak punya keyakinan bahawa kumpulan puisi akan memulangkan pelaburan.
.

Sebagai orang teman, kami membincangkan keinginan pasangannya untuk mempunyai ' anak kesayangan ' iaitu sebuah kumpulan puisi perseorangan. Pejamkan mata tentang ongkos. Lontarkan kelaziman dan pasaran konvensional. Lalu kami menemukan sebuah penerbitan yang punya kepercayaan kepada kami. Malah penerbitannya ini adalah penerbitan pertama di pasaran terbuka. Saya sangat berterima kasih kepada I-Man Creative yang punya kepercayaan merealisasi impian kami bersama sebagai penulis dan impian beliau sebagai penerbit.

Ketika buku puisi Rosmiaty Shaari, ... dari hitamputih menjadi zarah ( memang dieja sedemikian dengan seluruhnya huruf kecil ) diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 21 Oktober 2011, ia adalah kegembiraan kami semua. Kami sebagai penulis dan penerbit berasa pengorbanan yang selama ini kami tanggung tertunai sudah. Bukan sedikit pengorbanan kami dari segi emosi, wang ringgit dan masa. Kami mengusahakan sendiri sebagai penulis, penyusun, editor malah melibatkan anak kami sebagai pelukis ilustrasi. Kepada I-Man Creative, kami sangat-sangat terhutang budi. Wakil daripada penerbit juga hadir dalam peluncuran tersebut dengan harapan akan dapat dikembangkan pasaran bersama. Saya, Rosmiaty dan I-Man Creative akan berusaha menembusi pasaran Indonesia memperkenalkan penulis-penulis muda Malaysia dalam bentuk kerjasama dua hala. Rasanya, pertukaran sastra dalam bentuk buku akan lebih bermakna sekiranya ada hubungan silaturahmi antara penerbit dengan penerbit. Antara penulis dengan penulis ( yang tentunya ini bakal menyumbangkan pembelian ) sudah kami rintis. Lihatlah bagaimana sambutan peluncuran buku Rosmiaty, ia telah membuka satu era baru di arena penerbitan buku Malaysia-Indonesia. Inilah kebahagiaan dan kebanggaan saya, ketika Rosmiaty jauh di seberang sana. Dan kami akan datang lagi dengan buku-buku yang lain pula. Insya Allah..

Saturday 5 November 2011

catatan(lxxv)

kubuka lipatan sirih
pinangku berkapur merah
gambirku berubah darah
wangi teja terbang ke angkasa
meninggalkan aroma sirih
terbenam ke sukma...
ya...Rabb
petanda apa...

cacatan (lxxiv)

aku hanya sebutir zarah
dari debu yang terbang di muzdalifah
singgah di safa sujud di marwah
terlontar nafasku di dinding jamrah
muncul doaku di puncak arafah
dari diamku yang paling dalam
dari airmataku yang menghantar walang
kepada Kau inginku berkasih sayang...

Thursday 3 November 2011

catatan (lxxiii)

menggali ilmu ke celah-celah bumi
ke sela-sela angin yang berlari
jangan ada yang menghalang
aku menumpang sedikit ruang
yang datang dalam diam
kukutip kuisi ke dalam syair diri...

Tuesday 1 November 2011

saat pijar langit Jakarta


(mengenang pemergian Bonda Titie Said ke rahmah Allah)

di cempaka putih
atau di arion mall
entah siapa empunya suara
membawa khabar
duka oh, dukanya seorang bonda
sengsaranya seorang wanita

mengapakah tiba-tiba ada rawan
yang mencengkam rongga sukma
berkelintar dalam gerak nafas 
menguras ghairah perihnya rasa ingin
ah...tak terluahkan
entah dengan suara apa
erti kasih seorang anakanda
ziarah dan temu tatkala masih ada
aduhai, bonda
tak bertemu juga fitrah kita

saat berdiri di bandara soekarno hatta
menoleh ke pijar langitmu
separuh atmaku melayang di aspal kota 
di antara jutaan manusia
Jakarta seakan berbisik -
ada nyawa leka bercinta
dalam dakapan salik
sedang menuju mardhatillah Kekasihnya

terkenang catatanmu - Jangan Ambil Nyawaku
dalam erti perjuangan dan ketabahan
kesempurnaan dan kekuatan
kau wanita berkias maryam
bakal mencatat sejarah
dari sebiji ranum zaitun
engkau menjadi wanita pujangga
tegas bersuara santun...


02112011
melaka