Saturday 30 November 2013

KEMBALI KEPADA FIRAH KUMPULAN PUISI ROSMIATY SHAARI


KEMBALI KEPADA FIRAH KUMPULAN PUISI ROSMIATY SHAARI

Djazlam Zainal

Kumpulan puisi sentiasa datang dan pergi. Saban waktu kumpulan puisi dari penyair kawakan dan penyair baru sentiasa diterbitkan. Kumpulan puisi Kembali Kepada Fitrah merupakan kumpulan puisi kedua dari penyair Rosmiaty Shaari yang diterbitkan oleh Institut Penterjemah dan Buku Malaysia ( ITBM ) Kumpulan puisi pertamanya Hitamputih Menjadi Zarah ( 2011 ) telah didiskusikan di Pusat Dokumentasi HB Jassin, Taman Ismail Marzuki ( TIM ) Jakarta, pada 28 Oktober 2011 oleh novelis dan kritikus terkenal Indonesia, Dr. Free Hearty dan kumpulan WOHAInya. Apabila kumpulan puisi keduanya terbit dan diberi kata pengantar oleh Dr. Free Hearty, sudah tentu ia menarik perhatian khalayak untuk mendapatkan dan membaca isinya.

Dalam kata pengantarnya, Dr. Free Hearty mengulas buku yang mengandungi 80 buah puisi dan berketebalan 105 halaman muka surat ini. Katanya, ' membaca puisi-puisi Rosmiaty, saya seperti bertemasya. Temasya spritual yang penuh estatika dan etika serta menyentuh hingga ke lubuk jiwa. Saya terpesona dengan majas yang digunakannya, ( hal. xiv ) Dari penjelasannya, sudah tentu kumpulan puisi ini sarat dengan puisi-puisi yang bersifat sufisme. Di sinilah tarikkannya. Dr. Free meneruskan, pemujaan penyair terhadap Allah SWT terasa kental dalam karya. Penyair tampak berserah diri dengan penuh sungguh kepada Sang Pencipta. Ada pula kepiawaian penyair yang lain ketika dia menyandingkan potret alam dengan puisi-puisinya. Menyandingkan visual dan verbal, memerlukan kecerdasan, agar ada garis hubung antara gambar dan kata. Rosmiaty memiliki kemampuan ini.

Saya teringat kepada Martin Heidegger yang mengajukan satu pertanyaan yang mendasar mengenai hubungan penyair dengan kata-katanya, ' is anything more exciting and more dangerous for the poet than his relation to words '
Saya tertarik dengan penfokusannya yang mengatakan kata-kata dalam puisi ini menarik atau bahaya? Sudah tentu puisi menelorkan bahasa-bahasa terbaik namun tidak dinafikan akan bahayanya kata-kata dari sebuah puisi.

Puisi tetap relavan untuk sepanjang masa. Puisi tidak akan punah dari tubuh kebudayaan kerana manusia sentiasa memerlukan insting bagi nilai-nilai keindahan, seni atau lebih tepatnya insting dasar manusia ( basic human instinct ) Penyair yang baik sayogianya faham tentang psikologi massa terutamanya psikologi pembacanya. Penyair harus tahu kehendak pembaca tentang puisi, panjang pendek puisi dan temanya. Ezra Pound mengatakan penyair yang baik akan selalu hemah dengan bahasanya. Puisi sebagai satu gagasan idea dan bukan cerita atau prosa, harus menghemahkan bahasa agar ia memikat instuisi minda pembacanya. Sebab itulah puisi-puisi yang berjaya dan selalu dikenang seperti puisi-puisi Latif Mohidin, Usman Awang atau Chairil Anwar adalah puisi-puisi yang mempunyai hemah dalam pemilihan ayat yang tepat dan berhemah pada bahasanya.

Rosmiaty Shaari bukan orang baru dalam sastera. Beliau menulis cerpen sekitar tahun 1980-an di mana cerpennya telah dikumpulkan dalam kumpulan cerpen ' Malam Seribu Malam ' terbitan Teks Publishing, Kuala Lumpur ( 1987 ) Kumpulan cerpen yang mendapat sambutan baik penggemar cerpen menjadi landasannya bagi menulis puisi pula. Seorang penulis yang luas pengetahuan dalam bidang penyuntingan ini, sangat memperhalusi tata bahasanya. Free Hearty menyedari hal ini dengan menyatakan, kualiti dirinya tampak cemerlang lewat dunia kata dengan pemilihan diksi penuh kelembutan dan keindahan. Rosmiaty jauh lebih ' lincah ' bersuara dalam dunia kata. Dia berselancar dengan gerak-geri indah, meliuk dan membawa kita berwisata spritual. Puisi yang mengarah kepada manusia pun tiada muncul dengan nada amarah, meski menggunakan metafora yang berkesan menimbulkan perasaan itu. Ini dituliskan dalam puisi ' Pisau dan Darah ' ( hal. 26 )

Kau sebilah pisau bermata dua
menyilau dalam cahaya
mengelar ikut selera

Aku darah merah menyala
berasal dari sumsum nestapa
senyap aku di pembuluh rahsia

Kau pisau bermata dua
menghiris dua luka
mengharap darah
mengalir tanpa merasa

dan aku tetap darah
yang mengalir dari luka yang parah
dari duka yang sangat merah

Kau dan aku adalah satu
tanpa kilauan matamu
tiadalah merah darahku

Dalam pemahaman saya, kata Free Hearty, bahkan dalam kemarahan pun diungkapkan dengan romantisme yang manis. ' Kerana tanpa kilauan matamu, tiadalah merah darahku. '  Jadi tanpa yang satu maka yang satunya lagi tidak akan berarti. Romantisme yang padat, indah dan mengkagumkan. Sekiranya Dr. Free Hearty, seorang pengkaji sastera nusantara, Indonesia dan Malaysia sudah menyatakan begitu, sudah tentu ia menarik insting kita pula untuk membaca dan menafsirkannya. Bukan selalu kita mendapat kata-kata indah dan bermadah. Sesekali terbit dan mudah pula untuk kita mendapatkannya, apa salahnya kita membaca dan menilai dengan penuh saksama. Inilah permintaan saya, agar buku puisi yang baik ini dapat dimanfaatkan bersama


- Mingguan Malaysia. 24112013






Friday 15 November 2013

pertanyaan??

siapakah gerangan dari United State yang begitu asyik dengan blog hamba ini. tolonglah muncul, wahai..

Tuesday 12 November 2013

KEMBALI KEPADA FITRAH ITU KEMATIAN?




KEMBALI KEPADA FITRAH ITU KEMATIAN?

DJAZLAM ZAINAL

Kembali Kepada Fitrah merupakan kumpulan puisi ke dua Rosmiaty Shaari. Dalam kata pengantarnya, Dr. Free Hearty ( Jakarta ) menulis, membaca puisi-puisi Rosmiaty, saya seperti bertemasya. Temasya spritual yang penuh estatika dan etika serta menyentuh hingga ke lubuk jiwa. Saya terpesona dengan majas yang digunakannya. Pemujaan penyair terhadap Allah SWT terasa kental dalam karyanya. Penyair tampak berserah diri dengan penuh sungguh kepada Sang Pencipta.

Sementara Lebai Kampung al-Jihiny mengatakan karya-karya penulis ini, ternyata di dalamnya terdapat selitan iman, Islam dan ihsan, yang menjadi tunjangan buat umat bagi menuju kesempurnaan keimanan.

Dari dua pengkaji ini kelihatan bahwa kumpulan puisi Rosmiaty Shaari, Kembali Kepada Fitrah, adalah saraf dengan makna dan perlambangan, keimanan yang semuanya menjurus kepada kematian. Ini yang menjadi semakin menarik untuk dikupas dan dihayati puisi-puisi Rosmiaty kali ini. Saya memetik satu sorotan yang mengatakan, dalam sebuah hadis ada disebutkan, innallaha jamilun yuhibbul jamal yang bermaksud, sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan Dia menyukai keindahan. Puisi adalah sebagian kata yang indah dan punya filsafat yang tinggi untuk dihayati. Memang tidak mudah memahami puisi, apatah lagi puisi yang mengandungi citra yang dimunculkan secara bayangan atau ilusi yang dapat dilihat dalam keseluruhan puisi.

Saya petik sebuah puisinya berjudul, ' Mim '.

mim mustika pada nama
berlari di tapak kecil
di sayap jibril
terbang ke langit akhir
serupa ababil
menggugurkan beribu benih fikir
menumbuhkan ribuan mutiara zikir

Ada beberapa yang menarik dalam Mim ini. Pertama mengingatkan sajak Kemala yang menggunakan Mim sebagai judul puisi dan judul kumpulan puisinya. Kedua, Mim Mustika yang sering diungkapkan oleh penyair Ladin Nuawi terhadap buah hatinya dan ' sayap jibril ' langgam yang pernah digunakan oleh SM Zakir dalam sebuah kumpulan cerpen. Saya menyebutkan ketiga-tiganya kerana ia mengingatkan saya kepada keakrapan langgam-langgam tersebut. Dan apabila ia diungkapkan dengan baris dan frasa-frasa terbaru oleh penyairnya, ia mudah mengimbau kepada sebuah karya besar yang pernah lahir sebelumnya.

Saya sependapat dengan Dr. Free Heraty dalam memperkatakan puisi " Pisau dan Darah '

aku darah merah menyala
berasal dari sumsum nestapa
senyap aku di pembeluh rahasia

kau pisau bermata dua
menghiris dua luka
mengharap darah
mengalir tanpa merasa

dan aku tetap darah
yang mengalir dari luka yang parah
dari luka yang sangat merah

kau dan aku adalah satu
tanpa kilau matamu
tiadalah merah darahku

Dalam pemahaman saya, kata Free Hearty, bahkan kemarahan pun diungkap dengan romantisme yang manis. ' Karena tanpa matamu, tiadalah merah darahku ' Jadi tanpa yang satu maka yang satu laginya tidak mungkin berarti. Saya teringat puisi-puisi Sapardi tentang pisau ini. Pisau hanya simbolisme, yang sebenarnya katalah yang menghiris, bukan pisau. Pada kilau matanya, apakah mata pisau atau kilau kata. Dan Sapardi bertanyakan, apakah yang mengalir itu darah pisau ataukah darah kata. Puisi adalah satu kemahiran membolak-balikkan kata-kata dalam gubahan pemikiran yang berada di luar kotak kebiasaan. Puisi tidak punya logika. Puisi tidak konkrit dan akan sentiasa berputar dan beredar.

Saya jadi sok untuk memperagakan satu tulisan Abdulrahman Wahid ( Gus Dur ) berjudul Bercocok Tanam di Surga. Gus Dur mengambil petikan ayat ini, ' barang siapa menginginkan panenan ( baik ) di akhirat, akan Kutambah panenannya itu ( berlipat ganda ) ( man kana yuridu hartal akhirah nazid lahu fi harthih ) Timbul pertanyaan, apakah kita masih harus bekerja keras lagi, bercocok tanam di sawah pada hari akhirat nanti?

Al Quran menyuguhkan kita pemikiran dan bayangan-bayangan kebenaran di hadapan kita. Barangkali hal yang sama dilakukan oleh penyair-penyair kita yang mempunyai keikhlasan dan kemakrufan yang tinggi terhadap dunia azali. Ini karena ayat 224-227, surah as-syuara menyinggung mengenai keberadaan penyair dengan amarannya, ' bahwa penyair diikuti oleh orang-orang yang sesat kecuali penyair dan orang-orang beriman ' Ini bermakna, penyair adalah orang yang pintar menggunakan bahasa sama ada untuk memberi petunjuk atau menyesatkan kaum atau kabilahnya.

Lalu saya memulangkan penyair dan buku puisinya kepada pembaca yang benar-benar dahaga. Semoga ianya menjirus kedahagaan yang bergulir antara mata dan akal. Antara yang jahil dan beriman.

Monday 30 September 2013

dalam setiap kesabaran itu ada unsur kegagalan yang akan memacu kita kepada garis kemenangan. janji Allah SWT, janji ditepati - yakin nurani.

Wednesday 25 September 2013

Apabila kita bertindak berlebih-lebihan, orang lain juga akan bertindak berlebih-lebihan ke atas kita. Justeru, alangkah indahnya bersederhana dalam segala hal, insyaAllah kita selamat - Ros
sesungguhnya mengambil keputusan itu bukanlah sesuatu yang mudah. menerima amanah  juga tidak mudah untuk disempurnakan. meninggalkan dan berjauhan dari anak-anak, meskipun mereka sudah besar, boleh berdikari dan berekonomi sendiri pun tidak mudah untuk meninggalkan. pun keputusan adalah kemestian yang perlu ditetapkan, ya atau tidak. ditelan mati emak, diluah mati ayah.

pergilah dulu, duhai. biar kupujuk anakanda sekalian di pangkuan. biar kami bertatapan mata dan berjuraian rasa, insyaAllah setelah habis berhiba, akan tenanglah mereka. akan dinda susuli. hidup perlukan pengorbanan, mereka perlu akur pada ketentuan. kita hanya bercerai dunia dari mereka kesayangan kita, insyaAllah bila-bila masa kita bertemu semula. pergilah duhai, jangan menoleh lagi. tetapkan hati. kenyalang sudah membuka sayapnya terkembang menyambut kanda datang!

Monday 16 September 2013

HAMBA PUN BERFIKIR 2


benarkah figura itu, seperti kenyataan figura ini - jangan menerjang angin kerana kita yang bakal tergantung di atas lautan dan dia akan berangkat jauh meninggalkan suara tanpa isinya di lubang-lubang otak kita! dia akan berangkat ke awan-awan, menyelit di pelepah-pelepah sayap senyap mengintai-ngintai kita terkial-kial memilih dan memilah sesuatu yang tidak ada dalam beribu-ribu bahasa nan bercinta. dari kejauhan, dia mengukir senyuman tuhannya melihat kita terjatuh dan tergapai-gapai tenggelam dalam lautan aksaranya yang sangat dalam!

Thursday 12 September 2013

HAMBA PUN BERFIKIR 1

Foto : Azad Zainal

daripada kata-kata, gila orang yang mengutip kata-kata dari ribuan kata-kata lalu disusunnya menjadi ayat-ayat yang bahagia. mana dulu, mana kemudian, mana fungsi, mana pengertian, dia tidak mengira asal saja menjadi ayat-ayatnya nan bercinta. sesekali dia ada, sesekali dia bermuram durja. tetapi tidak pernah dia lupa akan pesannya kepada rakan-rakan, jangan sesekali ditanya apa-apa tentang ayat-ayat yang dipuja dan dirasuknya hingga ikut gila menjadi dia. dia seniman yang berbajukan kata-kata, tinggal di menara suara manusia!

Thursday 22 August 2013

citra yang belum selesai

sarat ingin meluahkan - kepada siapa?

ah... memilih untuk menzahirkan pasti kan kembali memanah batini. kelak kan menjadi sisyphus yang memikul beban ke puncak hayat. ataukah terus membelai senyap  meski  kan menguras qalbu menjadi api yang merenih perlahan setiap sisi ruh yang bisu hingga akhirnya kering dan kembali kepada haqMu?

setiap hari kutatap matahari dalam kilauan narwastu mancari-cari namaMu. Ada yang selalu tiada - berpendar suaraMu memanggil-manggil namaku.

tembok-tembok yang semakin reput, kutampalkan kekuatan di merata-rata. 

Sunday 28 July 2013

catatan Martha Sinaga

pertemuanku dengan penyair Rosmiaty Shaari sejenak. dengan kelembutan vokalnya, sayup-sayup pula kudengar apa yang dibicarakannya. tapi tak berlebihan jika kukatakan itulah seorang perempuan yang bernama Rosmiaty Shaari. kalem, sedikit bicara. satu hal ia menyapa dan menjawab perbincangan lebih kaya dengan senyuman.

tapi, sibak karya sastra perempuan kelahiran Teluk Intan, Perak, Malaysia itu, antara lain pada lembaran kumpulan puisi yang ia beri judul...dari Hitamputih Menjadi Zahrah. hal 15.

Tunas baru

anak-anakku,
di rahim ibu ada seribu janji
untuk kau bawa belayar
kejarlah matahari, kejarlah bulan, kejarlah bintang
waimma selamilah laut yang dalam
kerana di sana
kamu akan temui seribu kalam
dan seribu rahasa alam.......

kepekaan seorang ibu yang memberikan seluruh hidup dan jiwa bagi si buah hati. ibu yang dengan kepekaan dan ketulusan itu tidak hanya memberikan bekal hidup namun juga mendedahkan kepada sang buah cintanya bagaimana membentuk hidup menjadi sebuah kehidupan.

kejarlah matahari dst...
mentari yang merupakan sumber enerji dan kehidupan yang bersinar untuk kawan dan lawan. yang panasnya memberi semangat dan menguatkan tulang. Roos menggunakan bulan sebagai penerangan yang lembut dan syahdu bak kasih seorang ibu. Bintang yang walau kecil namun pijarannya untuk semua yang ada di bumi.... bahasa kalbu seorang perempuan yang telah disebut ibu-puan-bunda kuat dirasakan pada karya puisi Roos.

ehm, dengan menggenggam semua itu Roos lantas mengatakan,"kamu akan temui seribu kalam." susunan diksi yang simpel namun tidak se-simpel maknanya. sebuah pemahaman untuk selalu mawas diri dan menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, namun ada jalan yang harus dilalui untuk menuju kebahagian....persuasi komunikasi yang jitu yang ditemui pada bait-bait puisi Roos...

tabik eratku....


Martha Sinaga
Jakarta

Wednesday 24 July 2013

ROSMIATY DI SEBALIK TABIR PUISI

ROSMIATY DI SEBALIK TABIR PUISI

Djazlam Zainal

Saya sering diajukan oleh beberapa penyair wanita seperti Siti Zainon Ismail, Zurinah Hassan dan lain-lain tentang kebisuan di kalangan penyair wanita. Rata-rata penulis wanita lebih menumpukan perhatian  terhadap genre novel dan cerpen berbanding puisi. Terlalu sukar untuk mendapatkan satu nama penyair pelapis selepas Siti Zainon, Zaihasra, Zurinah Hassan, Zaiton Ajmain, Siti Zaleha M. Hashim, Mahaya Mohd Yasin dan lain-lainnya.

Walau pun agak lama saya mendepani kumpulan puisi ' Dari Hitamputih Menjadi Zarah ' karya Rosmiaty Shaari ( I-Man Creative, 2011 ) saya masih bimbang dengan kedekatan diri saya terhadap Rosmiaty Shaari. Barangkali akan terpercik, ' masuk bakul angkat sendiri ' atau yang seumpama dengannya. Tetapi apabila Dr. Norhayati Abdul Rahman, seorang pengkaji sastra yang kritis lagi proaktif mengatakan Rosmiaty merupakan penyair yang diharapkan dapat mengisi kekosongan tersebut, saya memberanikan diri untuk memperluas daerah yang dibincangkan oleh Dr. Norhayati tersebut.

Dr. Norhayati menyebutkan,  antara mereka saya nampak yang paling menonjol ialah nama Rosmiaty Shaari, terutamanya dengan kumpulan puisi " Dari Hitam Putih Menjadi Zarah " (yang hanya sempat saya semak dan baca sepintas lalu). Kebanyakan puisi di dalamnya bukan sahaja menyerlahkan susunan idea yang berhasil membentuk kesatuan fikiran yang utuh, malah memberi kesan dari sudut rasa dan intelektual, di samping mengemukakan nilai motivasi dan memartabatkan kebenaran unggul. Konsep kebenaran unggul yang ditampilkan dalam kebanyakan puisinya menggugah pemikiran pembaca. Malah, penggunaan lambang dan simbol-simbol yang berkolokasi serta fungsional dalam 84 buah puisinya membekaskan substansi subjek serta mengaktifkan penaakulan. Ini suatu pencapaian yang mengagumkan buat seorang penyair wanita. Kehadirannya bukan sekadar sebutir bintang dalam lingkungan sastera wanita, malah sedang gemerlap dalam horison cakrawala sastera tanah air. Semoga beliau terus kekal dalam momentum penggarapan karya yang sedemikian!

Rosmiaty bermula dengan cerpen. Pertengahan tahun 1980-an merupakan tahun-tahun prolifik bagi beliau. Kumpulan cerpennya terbit pada tahun 1987 berjudul ' Malam Seribu Malam ' ( Teks Publishing, Kuala Lumpur ) seterusnya beliau bertugas sebagai editor di beberapa syarikat penerbitan di ibu kota. Namun kegiatan penulisannya terhenti apabila beliau mengikuti suaminya berhijrah ke beberapa negeri seperti Kelantan, Kuala Lumpur dan Melaka. Namun pada mellinium 2000, beliau kembali menulis tetapi tumpuannya kini kepada puisi. Ternyata puisi dimanfaatkan olehnya dengan waktunya yang padat sebagai seorang suri rumah tangga. Dan puisinya mula mengalir mengisi kekosongan penyair pelapis wanita tanah air.

rosmiaty bersama teman seperjuangannya sri diah sedang memperkatakan ' dari hitamputih menjadi zarah '
rosmiaty bersama teman seperjuangannya sri diah sedang memperkatakan ' dari hitamputih menjadi zarah '

                                   ***

Melihat keseluruhan puisinya, saya cuba melihatnya dari sudut didaktik dan pendekatan tauhid. Shahnon Ahmad pernah membincangkan tassawur Islam apabila melihat kesusastraan Islam penulis-penulis Malaysia. Kesusastraan yang sedemikian sifatnya adalah didaktik, yakni mengajar sesuatu yang benar, indah, harmonis, sempurna, yang membuat manusia mengenal hakikat dirinya dan mengenal Allah. Barangkali ini terjadi karena usia kedewasaannya dalam dunia sastra. Kesusastraan yang didaktik bukanlah kesusastraan propaganda, tetapi kesusastraan yang mencerminkan kebijaksanaan sejagat yang dapat dimanfaatkan oleh semua manusia sepanjang zaman. Saya petik dari beberapa buah puisinya ini.

menyapalah duhai teja, tun fatimah, mahsuri
berjabat salamlah tangan lembut anggriani dan zubaidah
kepuk padi sudah lama kontang - terbitkah benih baru
langkawi melangkau mayat tujuh keturunan gersangnya-
    tumbuh menyongsang
darah yang menyimbah melaka - buminya makin
    menginjur ke selat retaknya makin berselirat
tanah jawa - tak sudah tangis dari gerak yang merambat
    kenangnya terpahat jauh... ke dalam luka makrifat

( Rumpun Puisi Melayu, hal. 30 )

Dalam Serumpun Serai Wangi, ( hal. 27 ) Rosmiaty menulis,

Melayu yang kita cari dari benua ke benua
dari sebatang jarum, tak terjahit juga pautannya
kita gali dari bahasanya kita eja maknawinya
yang kita temui bahasa ayam mematuk, itik menyudu
dan kita masih keliru mencari titik temu
Melayu kita apa, akar kita siapa?


Melihat ciri-ciri didaktik dan propaganda ini memberi pengajaran estatika antara keduanya. Makna karya dari segi struktur dan perutusan adalah pembentukan metodologi yang menyeluruh menyentuh tentang rohani, jasmani dan akal manusia. Menjurus pendekatan tauhid ini, karya menjelaskan akan hakikat insan, hakikat ilmu dan amal dan hakikat serta fungsi sastra.

Peranan penulis menurut al-Quran seperti yang dihuraikan oleh Ismail al-Faruqi, sebagai rahimahullah yaitu gabungan isi kandungan yang luhur dengan bentuk yang luhur. Al-Quran mengisyaratkan seperti berikut;

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ( menjulang ) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim, dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan itu kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap ( tegak ) sedikit pun. Allah meneguhkan ( iman  ) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki ( 14: 24-27 )

Kesusastraan sedemikian sifatnya akan melahirkan penulis yang beradab, yang beriman dan mengerjakan amal salih. Al-Quran mengutuk penyair yang berbohong, munafik, yang beriman dengan kata-kata tanpa tujuan yang baik dan pendirian yang benar. Puisi berikut ini mengambarkan tentang Rosmiaty. 

RUMAH KEMATIAN

warna-warna di dalam rumah
telah hitam semua
meninggalkan diam paling sempurna
menyisihkan ruh ke sisi
pertanyaan dari raung
serupa seekor mimpi ngeri
yang sering menyalakan api
membakar setiap denyut yang bernadi
dan menyembunyi suara ke dalan peti
menompok abu ke penjuru

dari celah-celah warna kelabu
matahari di hujung daun
menitiskan warna
paling seni
basahi tanah asal
tumbuhi di bulan akal

Kematian adalah suatu yang ubsurd. Kata Fatimah Busu dalam cerpen Kematian Seekor Sang Kancil. Kematian juga bukan sesuatu yang boleh diperolokkan. Al-Quran mengutuk seseorang yang bersifat munafik dalam ayat berikut;

Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada sesiapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran ( kepada syaitan ) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah engkau melihat bahawasanya mereka mengembara di setiap lembah, dan bahawasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? Kecuali orang-orang ( penyair-penyair ) yang beriman dan beramal salih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali  ( 26: 221 -227 )


rosmiaty dengan sejumlah penyair yang memperagakan karyanya..
rosmiaty dengan sejumlah penyair yang memperagakan karyanya..

dr. norhayati banyak mengkaji puisi-puisi wanita dari sudut ginokritik yang diamatinya
dr. norhayati banyak mengkaji puisi-puisi wanita dari sudut ginokritik yang diamatinya

rosmiaty bersama dr. free hearty dan dr. sastri sunarti sweeney di jakarta
rosmiaty bersama dr. free hearty dan dr. sastri sunarti sweeney di jakarta

                                                       ***

Penyair adalah golongan seniman yang mendapat tempat dalam al-Quran. Dan golongan ini harus berhati-hati dalam menyuarakan isi hatinya. Matlamat akhir bagi pendidikan estatika yang ingin diperolehi oleh pembaca ialah ingin merasa kebenaran makna dan keindahannya. Pendekatan tauhid di mana karya bukan semata-mata kemabukkan rasa dan bahasa serta penyimpangan struktur dari kebiasaan, tetapi yang lebih utama ialah pembacanya akan mendapat hidayah dan sinar kemakrufan yang sebenar. Al-Quran dapat mengubah kehidupan kabilah Arab jahiliah daripada kufur kepada beriman, begitulah puisi hendaknya mengubah kelalaian kepada keinsafan. Jika itu peranan puisi di tangan penulis-penulis yang bermottokan jihad, insya allah karya mereka terlepas dari kutukkan yang dinaskan dalam al-Quran. Ini adalah kerja berat penyair...

Wednesday 12 June 2013

BUNGA HATI UNGU


Bunga Hati Ungu
 

kadang hatimu berkelopak ungu
sendu terharu
kau harus merelakan
segala dugaan
jangan  biarkan lara mencengkam dada
masih ada mentari
menyinari warna baru
merah jambu atau putih embun
kau adalah bunga
di hatimu sendiri !
 

2012 - 11 Mei 2013 
HSZI

Tuesday 16 April 2013

Catatan Dari Rom 2


RAWAN

Biar awan bergumpal lalu
Langit biru
Berzaman
Menyapa kalbu

Kawanku
Di situkah
Kau sembunyikan
Rindu pilu
Hingga diam membatu?

April 2013
HSZI

Catatan dari Rom 1

Dia menitip daun
Kupetik bunga lalang
Bawa apa saja pulang
Tanda ingatan
Ku pilih sayap lokan!

Tapi kenapa dikau tiada bayang
Sakitkah gerangan ?

HSZI 
16042013 

Note

MEMBACA PUISI ( 8 )



Rosmiaty Shaari lahir pada 25 Mei di Teluk Intan, Perak, Malaysia. Mendapat pendidikan hingga memperolehi Sijil Tinggi Persekolahan. Mengikuti Pengjian Seni Kreatif di Universiti Sains Malaysia tahun 1983/84. Pernah menjadi Editor di Teks Publishing/Singamal Publishing (1985-1989), Editor di Marwilis Publisher (1990-1994), Free Lance Editor bagi Flo Enterprise, Penerbit Karyawan, Penerbit S. Abdul Majeed dan Penerbitan Murni hingga kini.

Antara karya yang telah diterbitkan ialah antologi cerpen persendirian 'Malam Seribu Malam' (Teks Publishing,1988), antologi cerpen bersama 'Mannequin' (Kerajaan Negeri Selangor, 1986', kumpulan puisi bersama 'Temoh Tasik Kenangan' (Karyawan Perak, 2010), kumpulan puisi bersama 'Kampung Bandar Dalam' (2010), kumpulan puisi bersama 'KEMALA - Meditasi Dampak 70' (Insandi, 2011). Karya-karya beliau turut dimuatkan di majalah Dewan Sastera, Dewan Pelajar, Jelita, akhbar Minggun Malaysia, Berita Minggu, Siasah dan lain-lain.

Hikayat Sebuah Mimpi

dia mengecil dalam kelodak zarah
terapungapung antara debu yang menyapu mimpi
minda yang semakin terbelenggu
membengkak ditikam lok tujuh kerisnya sendiri
yang disepuh racun ular kepala tujuh -

terbangnya bersayap emas
menjalarnya senyap menyusur akar beringin
nafasnya desis boragas
bisanya tak menyatu urat dengan darah
seksanya tidak membunuh riwayat
hidupnya tidak berlandaskan adat
ia bersembunyi di lembah keramat

meskipun perit mengusung riwayat
bermusim-musim mengumpul hikayat
yang tersimpan dicari
yang terbenam digali
dia belum juga mati
meski gendang perang berbunyi
dan perang pun berhenti

bila celik matanya
hukum syarak teguh berdiri
bersendikan tiang adat
dia kembali mentafsir mimpi....

23/03/2011
melaka

Mempelajari sastra mungkin bersifat tragedi, karena kita mungkin berada pada dua dunia yang bertentangan, dunia ilmu pengetahuan yang terikat dengan dispilinnya dan teori yang pernah ada, sedangkan hasil sastra adalah suatu proses kreatif yang selalu membarui dirinya sebagai dikatakan oleh Harold Rosenberg ( Umar Junus, 1976, xi ) Sekiranya kita hayati Hikayat Sebuah Mimpi   ternyata ia bertolak dari inkernasi dalaman penulisnya. Ini dapat dilihat dalam ungkapan, meskipun perit mengusung riwayat/ bermusim-musim mengumpul hikayat/ yang tersimpan dicari/
yang terbenam digali/ dia belum juga mati/ meski gendang perang berbunyi/ dan perang pun berhenti.
 Penyair merasakan dirinya mengusung pencarian yang tersembunyi. Namun akhirnya diredhakan dengan bila celik matanya/ hukum syarak teguh berdiri/ bersendikan tiang adat/ dia kembali mentafsir mimpi..

Manusia adalah homo sapien yang sering bermain dengan intuisi dalamannya. Penyair sangat kuat dengan daya eksrinsik yang mana luahan dalamannya cukup tinggi. Penelitian resepsi akan melijhat bagaimana aktivitas pembaca sebagai penikmat. Pembacalah yang terus menghidupkan karya sastra karena tanpa pembaca yang reaction, karya akan lenyap begitu saja. Sebagai perbandingannya lihatlah puisi Nyanyi Burung Sintar ini.


angin pagi tiba-tiba berhenti
mendengar nyanyi sintar
mengais kelopak tanah basah
wanginya, aduhai...
bangkit nafasku antara sayu dan kecundang
tanah merah ini belum kering
meski hijau anak rumput mulai merecup
tak henti bertasbih, subhanallah...
gugur kemboja putih
antara flamboyant merah berdarah
tanah yang masih basah
engkau di situ
didakap sunyi
sesekali terdengar alun getar surah
sayup-sayup cahaya berkaca
dan nyanyi burung sintar
yang tak pernah letih
menemanimu tak jemu zikir....

14042011
melaka

Puisi adalah kawah merapi yang sedang tidur. Bangun untuk meladak dan memberi pengertian.

Wednesday 6 March 2013

Endorsement RASA TERPANGGANG



Endorsement:

Puisi itu lantunan rasa paling halus meski temponya ada bahagia, ada duka, ada tempek, ada bisik - waimma segala suka dan nestapa terpancar pada bibir kata-kata. Puisi hambatan dari seluruh selokan tubuh jiwa, yang merakam segenap juzuk peristiwa. Demikianlah puisi dalam diri Djazlam Zainal, yang saya kenali lahir dan batin, menumbuhkan sesuatu yang perlu difikirkan  - sama ada baik atau buruk, ia adalah hambatan perasaan yang akhirnya upaya menetaskan puisi-puisi yang mengangkat kebesaran Maha Pencipta Rabbul Izzati, begitulah yang saya lihat di dalam sebahagian puisi Djazlam Zainal dalam kumpulan puisi Rasa Terpanggang  -  Rosmiaty Shaari