Tuesday 16 April 2013

Note

MEMBACA PUISI ( 8 )



Rosmiaty Shaari lahir pada 25 Mei di Teluk Intan, Perak, Malaysia. Mendapat pendidikan hingga memperolehi Sijil Tinggi Persekolahan. Mengikuti Pengjian Seni Kreatif di Universiti Sains Malaysia tahun 1983/84. Pernah menjadi Editor di Teks Publishing/Singamal Publishing (1985-1989), Editor di Marwilis Publisher (1990-1994), Free Lance Editor bagi Flo Enterprise, Penerbit Karyawan, Penerbit S. Abdul Majeed dan Penerbitan Murni hingga kini.

Antara karya yang telah diterbitkan ialah antologi cerpen persendirian 'Malam Seribu Malam' (Teks Publishing,1988), antologi cerpen bersama 'Mannequin' (Kerajaan Negeri Selangor, 1986', kumpulan puisi bersama 'Temoh Tasik Kenangan' (Karyawan Perak, 2010), kumpulan puisi bersama 'Kampung Bandar Dalam' (2010), kumpulan puisi bersama 'KEMALA - Meditasi Dampak 70' (Insandi, 2011). Karya-karya beliau turut dimuatkan di majalah Dewan Sastera, Dewan Pelajar, Jelita, akhbar Minggun Malaysia, Berita Minggu, Siasah dan lain-lain.

Hikayat Sebuah Mimpi

dia mengecil dalam kelodak zarah
terapungapung antara debu yang menyapu mimpi
minda yang semakin terbelenggu
membengkak ditikam lok tujuh kerisnya sendiri
yang disepuh racun ular kepala tujuh -

terbangnya bersayap emas
menjalarnya senyap menyusur akar beringin
nafasnya desis boragas
bisanya tak menyatu urat dengan darah
seksanya tidak membunuh riwayat
hidupnya tidak berlandaskan adat
ia bersembunyi di lembah keramat

meskipun perit mengusung riwayat
bermusim-musim mengumpul hikayat
yang tersimpan dicari
yang terbenam digali
dia belum juga mati
meski gendang perang berbunyi
dan perang pun berhenti

bila celik matanya
hukum syarak teguh berdiri
bersendikan tiang adat
dia kembali mentafsir mimpi....

23/03/2011
melaka

Mempelajari sastra mungkin bersifat tragedi, karena kita mungkin berada pada dua dunia yang bertentangan, dunia ilmu pengetahuan yang terikat dengan dispilinnya dan teori yang pernah ada, sedangkan hasil sastra adalah suatu proses kreatif yang selalu membarui dirinya sebagai dikatakan oleh Harold Rosenberg ( Umar Junus, 1976, xi ) Sekiranya kita hayati Hikayat Sebuah Mimpi   ternyata ia bertolak dari inkernasi dalaman penulisnya. Ini dapat dilihat dalam ungkapan, meskipun perit mengusung riwayat/ bermusim-musim mengumpul hikayat/ yang tersimpan dicari/
yang terbenam digali/ dia belum juga mati/ meski gendang perang berbunyi/ dan perang pun berhenti.
 Penyair merasakan dirinya mengusung pencarian yang tersembunyi. Namun akhirnya diredhakan dengan bila celik matanya/ hukum syarak teguh berdiri/ bersendikan tiang adat/ dia kembali mentafsir mimpi..

Manusia adalah homo sapien yang sering bermain dengan intuisi dalamannya. Penyair sangat kuat dengan daya eksrinsik yang mana luahan dalamannya cukup tinggi. Penelitian resepsi akan melijhat bagaimana aktivitas pembaca sebagai penikmat. Pembacalah yang terus menghidupkan karya sastra karena tanpa pembaca yang reaction, karya akan lenyap begitu saja. Sebagai perbandingannya lihatlah puisi Nyanyi Burung Sintar ini.


angin pagi tiba-tiba berhenti
mendengar nyanyi sintar
mengais kelopak tanah basah
wanginya, aduhai...
bangkit nafasku antara sayu dan kecundang
tanah merah ini belum kering
meski hijau anak rumput mulai merecup
tak henti bertasbih, subhanallah...
gugur kemboja putih
antara flamboyant merah berdarah
tanah yang masih basah
engkau di situ
didakap sunyi
sesekali terdengar alun getar surah
sayup-sayup cahaya berkaca
dan nyanyi burung sintar
yang tak pernah letih
menemanimu tak jemu zikir....

14042011
melaka

Puisi adalah kawah merapi yang sedang tidur. Bangun untuk meladak dan memberi pengertian.

No comments:

Post a Comment