Tuesday, 27 September 2011

kau, aku: tanpa kata dan

- nukilan Ismi' Nailofar

Pagi ini,
masih bersisa kelabu
semalam awan meranggas airmata meranai
tanah dan bantal tidurmu basah
oleh pendaman rindu terjelma
dari panasnya terik mentari dan hati berjauhan.
Terpancar dari anak matamu
sejelas titis air di hujung rumput, mencapai anak mataku
yang juga basah semalam.

Kau, aku
takpernah sekalipun berdoa dan berharap
agar kaki kau, aku berjejak lalu dirantai di sini
dengan perih tak terjangkau mata dan rasa
sesudah berteguh hati meninggalkan semua yang dikasihi
tapi bukankah ini semua suratan dari Dia
ar-Rabb dan ILlah, yang menyusun atur hidup kau, aku
demi senyum tawa di hari muka ?
Dia yang Maha Tahu dan Maha Mendengar
suara hati yang ingin benar pulang pada yang dirindukan
namun dia sengaja menguji kau, aku
hamba-hambaNya
kerana Dia sungguh, Mahu Mendengar.

Tidakkah kesamaan ini menjadikan patut
bagi kata ‘dan’
berada antara ungkapan ‘kau, aku’,
biar sama-sama berbahagi sakit dan merawat luka
selama kaki masih berjejak dan dirantai di sini ?

Namun jeling zondermu terus-terusan juga mencapai ruang pandangku
dan bibirmu berkata, “ Kau CUMA berbulan madu,
meniup seruling dan mereguk anggur di sini.”
dan tubuhmu terus berbahasa
dengan bahasa sunyi ‘ ‘kau, aku’; tanpa kata ‘dan’ ’.

Tidakkah laut biru di hadapan itu,
yang kau tatap saban hari mengajarmu
setiap titis gerimis semalam
asalnya dari situ
dan tetap kembali ke situ
sejauh manapun ia  jatuh ?
Seperti itulah apa yang mengikat kau, aku dan ar-Rabb
agar kau sedar lantas seikhlasnya meletakkan kata ‘dan’
antara ungkapan ‘kau, aku’.

Atau perlukah pergelangan tanganku menjadi batang pohon getah
dan kau memegang sebilah pisau
menorehnya, hingga susu merah kesumba hangat mengalir 
hadir sebagai bukti
kata ‘dan’
patut hadir antara ungkapan ‘kau, aku’ ?

SMExcel-Sri Kinarut
1997/98 -2011
I can't recall
the touch of that
lovely hand
at all
O mom!

- Ramli Abdul Rahim

Friday, 23 September 2011

catatan (lx)

di bawah bening awan yang kutiti
kututupkan segala rasa yang menindih
kugulung dan kusimpan sukma si bulan putih - tafakurlah...

Wednesday, 21 September 2011

catatan (lix)

akulah piala yang tak pernah penuh
sedang kau mutiara berkilauan
mengerdip di dalam lokan
kukutip dengan perlahan
agar pialaku penuh kauhiasi
agar rohaniku sempurna kauabadi...

Tuesday, 20 September 2011

catatan (lvii)


suaramu tenggelam dalam gelombang
oleh arus yang bergerak songsang
meski kuapungkan di pucuk berembang
kau tetap hilang di bawah bayang
lalu...
tiraniku tertutup
fajarku menghilang
mentariku terbakar
bulan putihku akhirnya menggelepar...

Friday, 16 September 2011

catatan (lvi)

tiba-tiba kau ada
di helaian  kelopak bertabur
kauusap tanah leluhur
kaulentur ranting mengunjur - (aku sesibur bertafakur
bertitir dengan luhur )
kau embun menitis
basah tamanmu di sulur daun
sejuk jantungku
kaubalut....

Tuesday, 13 September 2011

catatan (lv)

tanpa sokong
kayuku tak teguh - kian rebah
disesah ragam musim yang panjang
di taman teja
daunku layu kuntumku ungu
sirihku berselirat rumput melilit
akarku perih...




Monday, 12 September 2011

catatan (liv)

cahaya yang berangkat pergi
meninggalkan sunyi pada mimpi
pelangi pun masuk ke dalam diri
meninggalkan ruang menjadi mati
dan raung menjadi ngeri
deru angin yang pergi
pun tidak menyinggah lagi
sekeliling menjadi nyali
hingga vakum mula menguras diri...


Thursday, 8 September 2011

bukannya apa...


derai Syawal ini
basah denaiku
kau pergi membawa rindu
dingin kaku dan beku - aku
gigil tak menentu
kerana gelora lautku
membadai dalam keliru -
engkau mata air mengalir  
sempat membasahkan hausku
lalu meninggalkan aku dipuncak sendu

mana bahu hiasan si mawar putih
asuhan rohani merona jingga
menjadi payung sejahtera
dalam dua jiwa satu kata - cinta
adalah naungan
mahabbah adalah hubungan
yang mahu kita saling berusaha
mencari nikmat yang bernama cahaya - DIA
kau dan aku...

09092011
(utk umie zainab)

Monday, 5 September 2011

catatan (liii)

kupetik warna jingga di taman firdausi
sambil menikmati harum kasturi
tumbuh cintaku di persada seni
duh... aku terjatuh lagi
terlanggar tunggul mimpi
perihnya kubalut dengan puisi..

catatan (lii)

jendela yang mulai kaubuka
takkan merubah jalur cahaya 
tetamu yang datang
telah lama kausuruh pulang
warkah yang hilang
kausorok di bawah bayang
sampai bila pun
pintu takkan terbuka
setelah kuat kaupalang...

catatan (li)

kusapa semangat awanku
ke mana berlalu
persimpangan yang semakin keliru
perjalanan yang kian berliku
arah nak kutuju belum tahu
hitamputih yang kutampi
yang berserak hampa belaka...

Saturday, 3 September 2011

catatan (l)

yang kau bentang di sukmamu, apa? 
jalur yang memanjang, warna yang gemilang -
ataukah aku yang menongkah arus songsang
maafkan, takdirku singgah mencerap alam -  puncakmu putih
bukankah kau yang mengundang
si bayan dari tanah seberang?

lalu jamulah apa yang ada
kalau ada sedikit garam, masinkan laut yang kontang
kalau ada sedikit madu, maniskan sarbat yang sendu..

04092011