Berdiri di antara berbagai gerak dan laku, ragu berkeliaran di
langkah perlahanku. Ada denting yang menyelinap qalbu, bersesak-sesak di
celah kekisi yang menghadang pintu lif, aku hanya berdiri menanti dan
memerhati. Kata hati, jangan bersesak. Biar mereka dulu yang pergi.
Kesempatan tidak akan meninggalkan kau keseorangan. Barangkali mungkin
kau akan lambat tapi itu tidak akan menjadi halangan untuk kau sampai,
maka bersabarlah.
Senyuman pun datang dan pergi, meninggalkan hangat salaman yang
sempat bertaut di hati. Itu bagi nurani yang ikhlas menyambut
silaturahmi. Tapi bagaimana yang ini? Dia tiba-tiba di hadapanku,
menghulur senyuman dan salaman. Kusambut senyuman dan salaman itu.
Hangatnya menggelegak fikirku.
"Saya tidak kenal anda dan tidak tahu anda tapi saya rasa seperti
pernah melihat anda." Seperti buih-buih, kata-katanya keluar dari mulut
bibir merahnya, meletup satu-satu di pendengaranku.
"Saya RS, pencatat jalanan."
Dia berkata lagi, " Saya tidak kenal."
Aku menatap penuh erti wajah sahabat-sahabat yang datang dari jauh
dan dekat. Pertemuan bukanlah satu kemestian, maka mestikah keberadaan
menjadikan diri terangkat ke dalam gelembung keujuban! Aku hanya
tersenyum, dan menangkap kata-katanya yang langsung kusimpan di dada.
Tidak ada pelajaran yang tidak mengajarkan - benar,tingkah dan laku
paling mulus adalah dari asma yang kudus. Kudengar seseorang berbisik
kepadanya. Seperti seorang diva, dia berlalu meninggalkan aku seperti
seekor semut mencari lubang.
Gerimis resah kutatap di cermin. Kesedihan menjalar ke segenap urat
sarafku. Hakikatnya aku datang bukan untuk bertemu tetapi mencari ilmu
di pohon-pohon restu. Kini, aku telah pun mendapat ilmu itu.
Ilmu itu pohon-pohon sakit. Ilmu itu daun-daun pedih. Akan tetapi hasil buah ilmu itu pastinya sangat manis!
Ros
31102012
No comments:
Post a Comment