Tuesday, 27 November 2012

Secebis Resah (1)


Berdiri di antara berbagai gerak dan laku, ragu berkeliaran di langkah perlahanku. Ada denting yang menyelinap qalbu, bersesak-sesak di celah kekisi yang menghadang pintu lif, aku hanya berdiri menanti dan memerhati. Kata hati, jangan bersesak. Biar mereka dulu yang pergi. Kesempatan tidak akan meninggalkan kau keseorangan. Barangkali mungkin kau akan lambat  tapi itu tidak akan menjadi halangan untuk kau sampai, maka bersabarlah.

Senyuman pun datang dan pergi, meninggalkan hangat salaman yang sempat bertaut di hati. Itu bagi nurani yang ikhlas menyambut silaturahmi. Tapi bagaimana yang ini? Dia tiba-tiba di hadapanku, menghulur senyuman dan salaman. Kusambut senyuman dan salaman itu. Hangatnya menggelegak fikirku.

"Saya tidak kenal anda dan tidak tahu anda tapi saya rasa  seperti pernah melihat anda."  Seperti buih-buih, kata-katanya keluar dari mulut bibir merahnya, meletup satu-satu di pendengaranku.

"Saya RS, pencatat jalanan."

Dia berkata lagi, " Saya tidak kenal."

Aku menatap penuh erti wajah sahabat-sahabat yang datang dari jauh dan dekat. Pertemuan bukanlah satu kemestian, maka mestikah keberadaan menjadikan diri terangkat ke dalam gelembung keujuban! Aku hanya tersenyum, dan menangkap kata-katanya yang langsung kusimpan di dada. Tidak ada pelajaran yang tidak mengajarkan - benar,tingkah dan laku paling mulus adalah dari asma yang kudus. Kudengar seseorang berbisik kepadanya. Seperti seorang diva, dia berlalu meninggalkan aku seperti seekor semut mencari lubang.

Gerimis resah kutatap di cermin. Kesedihan menjalar ke segenap urat sarafku. Hakikatnya aku datang bukan untuk bertemu tetapi mencari ilmu di pohon-pohon restu. Kini,  aku telah pun mendapat  ilmu itu.

Ilmu itu pohon-pohon sakit. Ilmu itu daun-daun  pedih. Akan tetapi hasil buah ilmu itu pastinya sangat manis!


Ros
31102012

No comments:

Post a Comment