Wednesday 28 December 2011

catatan()

lukisan si naga putih
menggeliat tubuhmu
di kanvas jernih
picasso pun memencilkan diri
ke lubang sunyi
setelah melihat van gogh bunuh diri
kerana iri..

Monday 26 December 2011

catatan()

 
biar apapun, kaudiamlah di kamar itu
tanpa hadir
tanpa mungkir

catatan ()

kau sahabat
dari akar yang berselirat
memucuk ke sulur daun
hijau warna luhur
kauhimpun catatan rimbun
ini piala kugilap
dari sukma yang mengharap -
penuhkanlah
penuhkanlah

Tuesday 20 December 2011

catatan ()

akan adalah nanti
nyalaan mentari di yaumul mahsyar
sejengkal dari dosa
manusia pun ketawa
sehabis suara
menggelepar
oleh sengsara....

Thursday 8 December 2011

hikayat gunung makrifat

untuk apa kauhimpunkan airmata
setempayan pun tidak cukup menghubungkan cinta
masin yang memedihkan
pedih yang melukakan 
luka yang mengaibkan
ini puteri pertama yang kaupuja
bersemayam di gunung ledang
bertafakkur dalam biara

dalam kiam 
dalam diam

(tahukah tun mamat
gunung tidak lagi menyimpan rahsia
semenjak teja kehilangan sirih pelupa...?)


09022011   

Tuesday 29 November 2011

catatan ( )

engkaukah yang sudi memandang setitik dakwat yang kutitis di daun kering. takdirnya hanya coretan di bulu kambing yang dipandang orang. sayugia, dua rasa dari dua gelora berpendar antara dua suara, kupilih engkau bertahta di nirmala cinta. darjat manusia, si miskin lebih ramai menghuni syurga....

catatan ( )

ke bumi tak jejak
ke langit tak sampai
kau mekar di awang-awangan
bak puteri
hidup dalam bayangan

Sunday 20 November 2011

catatan (xc)

kukuak embun menitis
di celahan ribuan dedaun
kupilih sirih berdaun putih
lalu kugantung di sulur jantung
ya... ayuhai - kusimpan aroma di tepak kasih
biarlah berpendar...

Friday 18 November 2011

catatan Djazlam Zainal

HITAM PUTIH MENJADI ZARAH DARI SUDUT KRITIKAN PSIKOANALITIK KLASIK

oleh Djazlam Zainal pada pada 16hb November 2011 pukul 8.31 ptg

Apabila membaca jodolnya Hitam Putih Menjadi Zarah ( I - Man Creative, Malaka, 2011, 84 halaman  ) saya melihatnya ada sesuatu di sebalik jodol itu. Hitam putih sendiri mempelawa fenomina mimpi yang juga berkait dalam tradisi Islam dan sufi. Kalau kita menjurus kepada mimpi, dalam Islam mengakui nilai baik buruknya. Mimpi yang dikaitkan dengan gangguan setan dan mimpi baik dari rahmat Ilahi.  Dilihat dari sudut analisa Freud ( Sigmund Freud ) mimpi merupakan kegiatan subsense seksualitas manusia. Bagi Freud, mimpi dikaitkan dengan alam yang rendah dan busuk. Maka Freud dengan iseng merumus, mimpi hanya kegiatan subnormal ( non real ) tidak ada apa-apa hubungan mimpi dengan frekuansi alam raya. Mimpi sebagai mystical vision. Dalam Islam mungkin ketiga-tiga rumusan Freud itu sebagai mimpi buruk ( setan ) Sedang harus ada mimpi baik dari sang Khaliq. Titus Burchhadt merumuskan, since there are dreams of divine or angelic insprivation, their opposite must also exist, and those are dreams of  satanic impulsion, containing palpable caricatures of sacred form ( 1987: 57 )

Dalam Ceritera Lapangan ( hal. 1 ) Rosmiaty menulis,

seekor helang hitam
di atas kebel voltan tinggi
memandang gagah
melayah ke langit lepas

seekor tikus tanah
terperangkap di tengah panas
menggelupur menunggu harap
untuk kembali bebas
ke tanah luas

seketul roti
dicelah sampah sarap
buat sarapan pagi
seorang bidadari

Jelas ada pemikiran di sini. Seekor helang hitam. Hitam sekali lagi diangkat menjadi psikoanalitik klasik. Siapa bertubuh hitam. Di sini, dimunculkan helang. Tidak gagak. Gagak memberi konotasi sakral, songsang, kotor serta jorok.  Helang dikonotasikan gagah, tangkas, pinter dan bebas. Untuk dikawinkan dengan baris dua " di atas voltan tinggi "  hanya ketangkasan helang dan bukan kesintiran gagak. Di sini hitam telah dilabelkan sebagai elegan dan gampang untuk seekor helang.

Pada perengan dua, seekor tikus tanah menggelepar minta dibebaskan di satu kawasan tanah luas. " tikus tanah menggelepar " satu konotasi kelesuan. Tikus sering disinonimkan dengan penyeludupan, kegiatan haram, dan musuh kebaikan. Tikus tanah ini konotasinya, keterpinggiran, penyodotan dan keterpaksaan. Marhaen sering dikatakan tikus tanah.
Pemikiran paling tinggi harus dilihat pada rangkap tiga, di mana seketul roti basi yang dibuang di celah sampah menjadi santapan seorang bidadari. Roti yang kotor dan bidadari. Kontradiksi yang paling tinggi maknanya. Kenapa bidadari harus bersantap roti basi. Mata manusia tidak sama dengan mata sang pencipta. Darjat manusia juga tidak terletak pada pengiktirafan manusia. Bagi sang pencipta, siapa di antara kamu yang paling bertaqwa, dialah yang paling mulia di sisi-Nya. Kemiskinan tidak merendahkan darjat manusia di sisi Allah. Roti yang dilempar oleh seorang pembazir ( sahabatnya setan ) akan dikutip oleh manusia ( dalam tanda ketik ) bidadari.

Apakah boleh puisi di atas adalah mimpi penyairnya, Rosmiaty? Saya melihatnya seakan ruang yang begitu jauh daripada dunia ril. J. Spencer Trimingham menyatakan tentang penyair yang menulis puisinya dari hakikat mimpi. The importence of dream and vision in the whole schance of the sufi can hardly be overstressed; the literature of sufism and hagiographe in a particular are full of them and their significance in the life of individuals and society, Ibn al-Arabi al-Futuhat al-Makkiyya dirives diretly form such experience and he show how the decisive stages of life were marked by dream ( 1971: 190 )

Mimpi dan hubungan dengan pencipta puisi telah tersemat pada penyair-penyair besar Andalusia seperti Muhyiddin Ibn Arabi. Ini dibaitkan dalam al-Futuhat al-Makkiyya dan Fusus al-Hikam.

Dalam Mim Apa, Kemala? ( hal. 2 )

mim apa yang menyelimuti seluruh hayatmu, kemala
hingga pasang surut air semakin bergejolak
mengasuh setiap sudut tanah adat
dan bukit pun semakin runtuh
derainya menimbus sedikit demi sedikit
hutan-hutan belantara yang semakin
kontang, terasing dan tandus
kian tenat menterjemah makna nazak

segala milik alam cakrawala
yang menjadi petunjuk kalam azimatmu
tetes tinta dari pena keramatmu, kemala

dan akhirnya perjalananmu bakal tiba
ke titik persada yang engkau tetapkan
setelah menerjah beribu-ribu sayap margasatwa
merempuh berjuta-juta jiwa lara
dengan kembang kasih sayangmu

kilat mata pedangmu
terlalu menyilau hayatku
hingga tak tercapai akal fikirku
menanggapi puisi-puisi sufimu
kerana mim-mu keramat lelahku
telah mengatasi segala akal budiku

Mim merupakan kumpulan puisi terbesar dihasilkan oleh Kemala. Mim telah dibahas dan dikaji oleh pelbagai rupa sarjana dari latar agama yang berbeda. Mim juga yang disorot oleh Rosmiaty. Ini menunjukkan ada kaitan mimpi antara Kemala dengan Rosmiaty. Mimpi di sini barangkali bermaksud tautan insprensif yang sama. Sama-sama meninjau alam malakut dengan pandangan mata hati ( aiynal basirah ) sehingga ia dapat diartikan sebagai, intuition; literally " the raining of curtain or veil  "   karya-karya tasauf sedemikian telah sampai ke peringkat kesenian mukaddas ( sacret art ) kerana menurut Osman Bakar, " untuk menyampaikan risalah atau kebenaran kerohanian ini dan juga mempertemukan manusia dengan kehadiran alam samawi. Tujuan estatika tidak terbatas dalam fikiran penciptanya. Namun demikian karya seni mukaddas ( suci ) tetap kelihatan indah kerana kebesaran rohaniah pasti memancarkan cahaya keindahannya "  ( 1990: 13 )

Dalam halaman 19, ada sajak panjang ' Seketul Batu '  Batu pernah diperlihatkan oleh Muhammad Haji Salleh punya susunan keluarga. Batu-batu besar akan mengecil, mengkerikil dan menjadi pasir. Batu juga mempunyai susunan kasta, yang besar di atas, menengah dan kembali membawah. Rosmiaty dalam Seketul Batu menulis,

tapak kaki sebesar dua jari
kiata bunda, di situ ada selumbar yang menyayat
tangis yang tak henti-henti, rajuk berhari-hari
makan, minum
abang, adik dan kakak - itu lawan
teman-teman - itu kawan
lubuk dan paya, hutan dan belukar
itu taman permainan
biawak dan ular, kenari dan kedidi
sesibur sekali hinggap di sisi
itu perhiasan
berkaki ayam tak terasa ada bisa
setiap hari mesti ada rezeki
kangkung liar, kelayur itik
pucuk lamidin, paku tanjung
dan sesekali dapat cendawan kukur
nikmatnya dikenang berhari-hari
tapi setiap rezeki ke perut
mesti ada sangsi dan tujuh belahan sisi
yang sering hinggap di kaki membawa ke hati
dari gencar di mata membawa kenang ke mati
kata bunda, kedegilan kamu
dibentuk, diasuh tetap macam batu
dan batu itulah
yang menyongsang angin mengejar ilmu
yang menjadi pemburu rahsia alam
yang menjadi penakut kepada siang
tetapi berani kepada malam
yang sesekali nak jadi bidadari
meniti di lengkung pelangi
nak paut taman firdausi
tapi jatuh ke telaga puisi

kata bunda lagi
sekeras mana pun seketul batu
setitis demi setitis air yang menimpa
bisa melemahkan
bisa lerai hingga berderai

Ini bukan requim, tapi ini satu bentuk kerohanian. Untuk menulis sesuatu bentuk yang suci ( mukaddas ) al-Ghazali merumuskan kreteria ini.
1. Hendaklah dia memperbaguskan hati ( ikhlas )
2. Menyusun kata-kata yang baik.
3. Membersihkan diri daripada perkara yang haram.
4. Mengelokkan teknik penulisan.

Menurut al-Ghazali, kreteria di atas mementingkan dimensi kerohanian dalam pembinaan pribadi penulis dalam artikata penulis kreatif Islam tidak boleh mengekplotasi teknik penulisan semahu-mahunya atau sebebas-bebasnya. Malah mengelokkan teknik penulisan dalam konsepsi al-Ghazali dapat ditakrifkan sebagai menghaluskan jalan pemikiran penulis untuk membolehkan dia mengungkapkan dan mengimbangi bahasa dengan isi untuk memperoleh nilai estatika yang tinggi. Farid al-Din Attar, Hamzah Fansuri, telah menggunakan ' burung ' sebagai lambang perjalanan rohani. Muhammad Haji Salleh dan Rosmiaty Shaari menggunakan ' batu ' sebagai lambang kekerdilan dan kedaifan serta peraturan-peraturan duniawi.

Sesungguhnya, menikmati  puisi hitam putih menjadi zarah memberi kita satu tafsiran mimpi yang benar. Puisi bukan sahaja dinikmati dengan keindahan bahasanya tetapi makna yang tersirat di sebalik bait-bait kata. Psikoanalitik Klasik sesuai kerana menyua dua belahan makna yaitu hitam dan putih, benar dan salah dalam konklusi mimpi dan sadar. Tetaplah puisi adalah hitam putih kehidupan.


Daftar Pustaka

Osman Bakar, Kesenian Dari Sudut Filsafat, Kuala Lumpur, 1990
Jaafar Abdul Rahim, Kritikan Psikoanalitik Klasik, Dewan Sastra, 1992
Ismail Hamid, Kesusastraan Islam, Kuala Lumpur, 1990
Kemala, Mim, Kuala Lumpur, 1990
J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, Oxford, 1971
Titus Burchhardt, Introduction to Sufi Doctrine, 1973


 
Hitam Putih Menjadi Zarah sebuah karya mystical art

Tuesday 15 November 2011

catatan teman baikku, Lily Siti Multatuliana SutanIskandar

Berjumpa dan Berkenalan dengan Sastrawan2 Indonesia pada Peluncuran Buku karya Penyair Malaysia di TIM

oleh Lily Siti Multatuliana SutanIskandar pada pada 15hb November 2011 pukul 9.28 ptg
repost : http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/14/berjumpa-dan-berkenalan-dengan-sastrawan-sastrawan-indonesia-pada-peluncuran-buku-karya-penyair-malaysia-di-tim/

Rosmiaty Shaari, penyair Malaysia diundang oleh pihak PDS H.B. Jassin Taman Ismail marzuki untuk meluncurkan buku puisi karya nya yang berjudul Dari Hitam Putih Menjadi Zarah dan pada acara ini juga diluncurkan buku sastra karya Free Hearty berjudul Keadilan Jender Perspektif Feminis Muslim dalam Sastra Timur Tengah.

Acara yang diisi dengan  bedah buku dengan pembicara Sastrawan Handoko F. Zainsam dan Dr. Novi Anoegrajekti dengan moderator Sastry Sunarti Sweeney  dihadiri oleh para peminat sastra serta sastrawan diantaranya Saut Poltak Tambunan,  Leon Agusta, Sutan Iwan Soekri serta Gerson Poyk, Sastrawan yang sudah berumur 80tahun namun masih nampak sehat, beliau pernah mendapat SEA Write Award di th 1989.

Acara yang diselenggarakan pada tgl 21 oktober 2011 ini dipenuhi dengan hadirin pencinta seni sastra, para remaja yang tak kebagian bangku duduk dibawah beralaskan karpet dan bantal yang sudah disediakan serta disediakan juga camilan yang mengundang selera diantaranya bubur menado serta kue traditional lain nya.

Sebelum acara diakhiri Martha Sinaga, penulis buku kumpulan seribu puisi dan  Yoan  berbalas pantun. Yang menarik dan membuat Rosmiaty agak begitu takjub ternyata bahasa Melayu yang digunakan oleh Yoan yang berasal dari Kepulauan Riau ini  tidak berbeda  dengan bahasa melayu di Malaysia.

Setelah acara selesai, penggemar dan pengagum puisi puisi karya Rosmiaty Shaari meminta tanda tangan di buku dan tentunya minta difoto bersama. Tidak sampai disitu saja, masih banyak sastrawan yang ingin berjumpa dengan penyair Malaysia yang sudah akrab dengan  karya sastra Indonesia ini diantara nya Budi Setyawan penyair  yang karya karya sudah banyak dipublish dibeberapa media serta aktif di komunitas sastrawan di Bekasi dan Jakarta, ada pula sastrawan yang sudah tak muda lagi datang jauh jauh dari Aceh, L.K Ara yang ingin menghadiri acara peluncuran itu tetapi tidak kebagian tiket pesawat  katanya sehingga beliau datang kerumah saya (saat itu Rosmiaty menginap dirumah saya di Jakarta)  bersamaan dengan Rochyana Rohadi penyair dari Jakarta,  sebelum keberangkatan kami kembali ke Melaka.

Sehari sebelum kembali ke Melaka,  saya bersama Rosmiaty Shaari diantar oleh Pak Idris, kawan saya satu almamater yang baru jumpa kembali di fb serta  Sutan Iwan Soekri, sastrawan, penyair yang karya karya nya sudah banyak dipublish dimedia di Indonesia, mengunjungi toko buku Bengkel Deklamasi milik Jose Rizal Manua yang juga seorang sastrawan, actor, sutradara, dosen seni.

Sutan Iwan Soekri merekomendasikan buku buku yang patut dimiliki oleh Rosmiaty Shaari sebagai oleh oleh untuk  suaminya, Djaslan Zainal  seorang kritikus sastra  di Malaysia yang banyak menulis kritik sastra baik sastra di Malaysia maupun   sastra di  Indonesia.



 
Iwan Soekri bersama Shinta Miranda (penyair)
 
bersama Gerson Pyok di TIM
 
Sastri sunarti sweeney dan Rosmiaty Shaary
 
bersama Saut Poltak Tambunan
 
Saat Peluncuran buku Dari Hitam Putih Menjadi Zarah karya Rosmiaty Shaari ( Penyair Malaysia) dan Keadilan Jender Persfektif Feminis Mualim dalam Sastra Timur Tengah zarah di Pusat Dokumentasi HB Yasin TIM Jakarta
 
bersama pk @[1654089550:2048:Mohammad Idris Arianta], @[100001003306932:2048:Rosmiaty Shaari], Jose Rizal
 
Pembacaan Pantun Yoan dan Martha Sinaga dari kep Riau... berpantun bersahut2an dalam bahasa Melayu Riau....Penyair Malaysia, @[100001003306932:2048:Rosmiaty Shaari] begitu takjub ternyata bahasa Melayu yang digunakan di riau masih sama dengan bahasa melayu di Malaysia.....
 
Rosmiaty Shaari, Leon Agusta

Saturday 12 November 2011

catatan (lxxxv)

Kalau ada yang mempertikaikan keupayaan kita, itu urusan mereka. Hanya awan yang membunting hujan sahaja gemar mencorak cuaca berubah mendung lalu langit pun turut tersinggung. Kita hanyalah sebatang tubuh digerakkan oleh seketul daging dan sepucuk akal. Maka diamlah kita menjadi tubuh kita sendiri...

Friday 11 November 2011

catatan (lxxxiv)

Kalau ada rasa benci saat ini, bencilah sampai ke akar bumi. Sesudah itu kaukuburkanlah tanpa ragu supaya esok, benci itu tak berbuah lagi, tapi bertunas sulur baru, menguntum bunga sewangi frangipani yang menyerbak harum kasturi...

catatan (lxxxiii)

Jika gelap malam tahu betapa sedihnya hati, bintang bukan lagi penyeri, bulan bukan lagi penerang hati, kerana kata-kata yang pernah mengajak roh kembali ke alam abadi, telah hilang bicara. Saat ini, di mana degup jantungmu, sendirikah atau masih berteman lagi..

catatan (lxxxii)

tatkala Handoko F Zainsam membaca Dalam Gementar
bunyi pun menjadi senyap
diam pun menjadi mayat
aku tiba-tiba terbang ke dalam kepodang
hinggap di pucuk pohon insani
merengguk airmata syairku sendiri...

Thursday 10 November 2011

catatan (lxxxi)

aku yang kehilangan bonda lama dahulu, mencari-cari dalam belukar rindu, di celahan daun-daun dan pucuk menyulur, berlegar ke hujung raung, berpendar sendu di embun yang menitis di kalbu - bondoku pergi membawa doa yang sunyi. dan Kau meminjamkan aku seorang lagi, si lembut hati, ya Bundo Free, aku hanya menumpang sedikit gerak tasbih di hujung jari...

catatan (lxxx)

meskipun berkali-kali kaucuba melontar suara dendam yang terpenjara di dalam sarang, oleh nafsumu yang sesekali meradang, bukankah kau tak pernah kecundang - lalu diammu pun berkata, wahai muslimah, jangan kau mengalah, kerana hijabmu sangat kuat mengajakmu menyimpan diam.

Tuesday 8 November 2011

catatan (lxxviii)

jika kaupaut dahannya
jangan sampai sehabis sekah
hingga menimpa tanah
kan bergegar akarmu
kerana calar yang berguris
di dinding terakhir
pastikan pedih
ditusuk tajam selumbar

catatan (lxxvii)

yang tak akan bertanya itu engkau. kerana prinsip tak akan merubah telingamu yang memang tuli, bahkan angin pun tak pernah mengerti berapa banyak kesedihan telah terkubur di awan hati, daun juga tak pernah mengira berapa banyak luruhannya dikuburan musim, hanya musim yang berkali-kali menjerit - leburkan namamu supaya menjadi hablur. engkau, malah engkau yang diam kembali menjadi detik yang membilang setiap titik.

Monday 7 November 2011

catatan (lxxvi)

sesekali mengubah mimpi
dapatkah matahari meninggalkan pelangi
kerana kadang-kadang takdir berubah air
beriak di atas
bergelombang di bawah
bahkan kadang-kadang menggelepar
  seperti ikan hilang pernafasan...

catatan puisi Djazlam Zainal (ii)

LEWAT FOTO INI


lewat foto ini
tiga hatiku ada di sana
istri, adik dan buku
menjadi satu

lihatlah betapa manis
senyuman tiga garis
senyum istri yang merindu
senyum adik riang bertemu
senyum buku dalam pelukanmu

lewat foto ini
setompok cintaku membeku
di atas puing-puing sepi
di tanah air
sekeping rindu berlalu
di atas sitatulrahmi
mahu digulir di atas sana
semi cinta-Nya

24 zulkaedah 1432/ 22 oktober 2011

 
tiga senyum bergulir..

catatan dari suamiku, Djazlam Zainal

UNTUK TEMAN-TEMAN, INGIN KU BERBAGI PERASAAN

oleh Djazlam Zainal pada pada 22hb Oktober 2011 pukul 7.28 pagi
Memang agak sukar untuk saya mengatakan isi hati. Tetapi barangkali untuk dikongsi bersama, eloklah sesuatu yang saya rasa amat pribadi, diluahkan juga. Memang saya berbangga dengan apa yang telah dilalui oleh Rosmiaty Shaari ketika ini. Sebagai teman hidup, rasanya apa yang digembirakan oleh pasangannya, amat membahagiakan. Rosmiaty dalam bidang penulisan, mempunyai kekuatannya yang tersendiri. Beliau menulis sejak umurnya belasan tahun. Masuk Universitas Sains Malaysia mengambil bidang Penulisan Kreatif ketika berusia 22 tahun. Usianya yang muda setahun daripada saya, tidak membedakan antara kami. Beliau memang seorang cerpenis yang baik. Kumpulan cerpennya, Malam Seribu Malam, ( Teks Publishing, Kuala Lumpur, 1988 ) adalah antara kumpulan cerpen yang layak dibicarakan. Namun mata sastarawan/sarjana tanah air seakan tertutup untuk Rosmiaty. Yang demikian, untuk tatapan umum yang lebih luas, Malam Seribu Malam akan dicetak ulang dan dipasarkan di pasaran Nusantara.

Sebagai penulis puisi, pada peringkat awal, Rosmiaty tidak memberangsangkan. Sebab itu saya sarankan hanya menulis cerpen dan kalau ada masa dikembangkan menjadi novel. Masa terus berlalu dan Rosmiaty seakan membungkam dalam tempuh yang agak lama. Penyertaan dalam facebook yang mempunyai mata pusaran yang lebih luas, Rosmiaty membuka mediumnya dalam puisi pula. Sebagai penulis yang mempunyai latar penulisan dalam genre cerpen ( prosa ) puisi Rosmiaty akan berbalada, sebuah puisi panjang yang memerlukan stamina yang panjang juga. Namun ia merupakan sesuatu kekuatan dalam penghasilan puisinya. Dan ini nampaknya dilihat oleh beberapa mata sarjana di Indonesia. Mulai dari mata pusaran Sastri Sunarti Sweeney, ia diuruti dengan sarana untuk menjelmakan dalam sebuah kumpulan puisi, semua berlangsung bagai sebuah mimpi. Memang bukan mudah bagi penulis Malaysia menerbitkan kumpulan puisi yang semamangnya kurus pasarannya. Penerbit tidak punya keyakinan bahawa kumpulan puisi akan memulangkan pelaburan.
.

Sebagai orang teman, kami membincangkan keinginan pasangannya untuk mempunyai ' anak kesayangan ' iaitu sebuah kumpulan puisi perseorangan. Pejamkan mata tentang ongkos. Lontarkan kelaziman dan pasaran konvensional. Lalu kami menemukan sebuah penerbitan yang punya kepercayaan kepada kami. Malah penerbitannya ini adalah penerbitan pertama di pasaran terbuka. Saya sangat berterima kasih kepada I-Man Creative yang punya kepercayaan merealisasi impian kami bersama sebagai penulis dan impian beliau sebagai penerbit.

Ketika buku puisi Rosmiaty Shaari, ... dari hitamputih menjadi zarah ( memang dieja sedemikian dengan seluruhnya huruf kecil ) diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 21 Oktober 2011, ia adalah kegembiraan kami semua. Kami sebagai penulis dan penerbit berasa pengorbanan yang selama ini kami tanggung tertunai sudah. Bukan sedikit pengorbanan kami dari segi emosi, wang ringgit dan masa. Kami mengusahakan sendiri sebagai penulis, penyusun, editor malah melibatkan anak kami sebagai pelukis ilustrasi. Kepada I-Man Creative, kami sangat-sangat terhutang budi. Wakil daripada penerbit juga hadir dalam peluncuran tersebut dengan harapan akan dapat dikembangkan pasaran bersama. Saya, Rosmiaty dan I-Man Creative akan berusaha menembusi pasaran Indonesia memperkenalkan penulis-penulis muda Malaysia dalam bentuk kerjasama dua hala. Rasanya, pertukaran sastra dalam bentuk buku akan lebih bermakna sekiranya ada hubungan silaturahmi antara penerbit dengan penerbit. Antara penulis dengan penulis ( yang tentunya ini bakal menyumbangkan pembelian ) sudah kami rintis. Lihatlah bagaimana sambutan peluncuran buku Rosmiaty, ia telah membuka satu era baru di arena penerbitan buku Malaysia-Indonesia. Inilah kebahagiaan dan kebanggaan saya, ketika Rosmiaty jauh di seberang sana. Dan kami akan datang lagi dengan buku-buku yang lain pula. Insya Allah..

Saturday 5 November 2011

catatan(lxxv)

kubuka lipatan sirih
pinangku berkapur merah
gambirku berubah darah
wangi teja terbang ke angkasa
meninggalkan aroma sirih
terbenam ke sukma...
ya...Rabb
petanda apa...

cacatan (lxxiv)

aku hanya sebutir zarah
dari debu yang terbang di muzdalifah
singgah di safa sujud di marwah
terlontar nafasku di dinding jamrah
muncul doaku di puncak arafah
dari diamku yang paling dalam
dari airmataku yang menghantar walang
kepada Kau inginku berkasih sayang...

Thursday 3 November 2011

catatan (lxxiii)

menggali ilmu ke celah-celah bumi
ke sela-sela angin yang berlari
jangan ada yang menghalang
aku menumpang sedikit ruang
yang datang dalam diam
kukutip kuisi ke dalam syair diri...

Tuesday 1 November 2011

saat pijar langit Jakarta


(mengenang pemergian Bonda Titie Said ke rahmah Allah)

di cempaka putih
atau di arion mall
entah siapa empunya suara
membawa khabar
duka oh, dukanya seorang bonda
sengsaranya seorang wanita

mengapakah tiba-tiba ada rawan
yang mencengkam rongga sukma
berkelintar dalam gerak nafas 
menguras ghairah perihnya rasa ingin
ah...tak terluahkan
entah dengan suara apa
erti kasih seorang anakanda
ziarah dan temu tatkala masih ada
aduhai, bonda
tak bertemu juga fitrah kita

saat berdiri di bandara soekarno hatta
menoleh ke pijar langitmu
separuh atmaku melayang di aspal kota 
di antara jutaan manusia
Jakarta seakan berbisik -
ada nyawa leka bercinta
dalam dakapan salik
sedang menuju mardhatillah Kekasihnya

terkenang catatanmu - Jangan Ambil Nyawaku
dalam erti perjuangan dan ketabahan
kesempurnaan dan kekuatan
kau wanita berkias maryam
bakal mencatat sejarah
dari sebiji ranum zaitun
engkau menjadi wanita pujangga
tegas bersuara santun...


02112011
melaka


Sunday 30 October 2011

catatan (lxix)

sesekali duduk diam
mentafsir bahasa bayang
yang nampak hanya ruang
dengan sedikit cahaya memanjang
dan sekilas percik yang kian temaram
kelam dan tenggelam
dalam gelombang neorosis
atau mungkinkah katarsis
yang pasti
gerak rapsodi itu semakin menjadi
tanpa henti....

Saturday 29 October 2011

catatan (lxviii)

sesekali duduk diam
mentafsir bahasa bayang
yang nampak hanya ruang
dengan sedikit cahaya memanjang
dan sekilas percik yang kian temaram
kelam dan tenggelam
dalam gelombang neorosis
atau mungkinkah katarsis
yang pasti
gerak rapsodi itu semakin menjadi
tanpa henti....

Wednesday 26 October 2011

catatan (lxvii)

daun luruh satu-satu
kukutip buat catatan waktu
saat rinduku menjadi abu
awan pun berubah menjadi kelabu
menitiskan puisi rindu
dalam lebat bahasa kalbu
dalam ikatan erat rumpun melayu...

Tuesday 25 October 2011

catatan penulis - edaran di PDS HB Jassin

Rosmiaty Shaari
emel : rosmiatyshaari5@gmail.com

BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM

Catatan Penulis 

Setelah berbelas tahun saya menahan diri daripada mencatat contengan-contengan di atas kertas, menahan naluri daripada permintaan minda untuk berkarya, rupanya asakan demi asakan batini itu akhirnya terpecah juga tiga tahun yang lampau apabila saya sedang sengaja menconteng kertas,  suara batini saya  masih mengalir keluar - lancar, bahkan ia mengalir tidak perlahan tetapi melimpah-ruah terus-menerus hingga ke hari ini, alhamdulillah.

Barangkali ada jiwa yang ingin mengetahui, bagaimana saya melalui proses pengkaryaan saya. Proses yang saya alami, terlalu biasa berbanding penyair-penyair hebat seperti Chairil Anwar  yang sangat menitikberatkan setiap aksara yang dicatat dalam puisi-puisi beliau. Begitu kata SN Dato Ahmad Khamal Abdullah dalam esei beliau PUISI-PUISI PENDING NUMERA : Antara Keajaiban dan Kearifan Seni, yang menyatakan, bahawa Chairil begitu serius mengedit puisi-puisinya hingga ke kulit-kulit diksi atau bait demi bait silih berganti. Dan begitu pula bagi penyair bapak Agi Ghafar Ibrahim, melalui proses penulisan puisinya dalam tempoh masa yang sangat lama. Menurut beliau, untuk menyiapkan sebuah puisi memakan masa selama beberapa bulan, hanya setelah matang, barulah disiarkan. Dan bagi SN  A. Samad Said, sebuah puisi yang lengkap sering lahir dari contengan demi contengan yang begitu banyak sebelum beliau berpuas hati untuk menghantarkannya ke mana-mana media siaran.

Barangkali saya agak berbeda, saya mulai mencatat beribu-ribu rasa semenjak musim kecil saya tanpa menggunakan pena atau mesin ketik. Catatan saya bermula di minda membawa ke hati. Di situ saya simpan kemas, hanya baru ini saya mengeluarkannya satu per satu, dari hati keluar semula ke minda langsung ke hujung  jari melepasi papan kekunci.

Di musim kecil, ketika usia saya sekitar 7 ke 12 tahun, saya gemar menyendiri, mengasingkan diri ke kawasan belukar atau di mana-mana tempat yang dapat menarik minat saya, seperti kawasan berpaya, kebun getah atau persekitaran tebing sungai atau di stesyen keretapi. Saya dikatakan si kecil yang gemar memberontak. Saya juga dikatakan tidak gemar bersahabat dengan saudara sendiri, bahkan tidak mempunyai ramai rakan sepermainan. Justeru, belukar adalah taman bagi saya. Apa yang ada di dalam belukar itulah sahabat saya. Dengan mereka, saya sering berbicara kerana saya adalah mereka.

Siapa mereka? Mereka adalah pohon-pohon, akar-akar yang berselirat, unggas berkicauan, sesibur berterbangan,lalang-lalang, rama-rama, ulat beluncas, dedaunan, anak-anak ikan, paya,  bunga-bunga,  gemersik angin, deraian  hujan, jalur-jalur cahaya, bau tanah, bau wangi, takungan-takungan air embun, gelap malam, lengkung pelangi – itulah sahabat saya. Aneh bunyinya, tapi itulah mereka dan yang paling seru, di situlah tempat di mana saya sering berdoa untuk apa sahaja terhadap Rabb, Pemilik taman belukar dan sekalian alam,  teristimewa di kala saya sangat bersedih.  Menjerit dengan kekuatan suara yang ada, saya sering melepaskan rasa yang memberontak dari dalam yang sering menyala. Mengapa? Ada, jawab saya, kerana rahasia peribadi tidak perlu kita ceritakan semuanya kepada sesiapa, perlu disimpan untuk pembelajaran rohaniah kita, itu kata saya.

Sebenarnya berduniakan taman belukar, banyak yang dapat dipelajari. Ya, bukan setakat belukar saja bahkan  dunia di sekeliling kita, dengan menggunakan mata hati, dengan berakal yang positif, banyak ilmu yang boleh kita pelajari.  Terutama apabila kita menghubungkaitkan diri kita kepada kebesaran Penciptanya.

Allah telah berfirman mengenai ciptaanNya:

...lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah...(An-Naml: 60)

...Tuhan Kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk... (Thaha:50)

Dan ini termasuklah keindahan hutan belantara, gunung-ganang, lautan, sungai, belukar dan segala keindahannya. Barangkali oleh terlalu akrab dengan dunia belukar, saya merasakan setiap gerak  di sekeliling saya itu ada rohnya. Ia bernyawa dan berdegup nadi memberi semacam impak yang sangat hebat kepada batini saya. Bunyi aliran air itu sungguh seni, seakan memujuk naluri supaya sentiasa bersabar dalam segala hal. Begitu juga bunyi mersik dedaunan yang ditolak angin seakan menyampaikan khabar suka atau duka, kicauan burung, titis-titis embun, derai hujan, semuanya mahu berbicara dengan kita, mengajak kita berzikir dan berdoa kepadaNya, bukankah ini merupakan satu therapy semulajadi yang sangat baik untuk merawat rohaniah kita yang tercalar?  Saya percaya, anda penyair dan pelukis, bicara hatinya tentu saja ada yang lebih kuat dari saya.

Oleh yang demikian, catatan puisi saya, (biasanya yang bernafas Islami), adalah catatan bicara yang menghubungkan diri terhadap roh yang dicipta olehNya, langsung  terhadap Penciptanya, yakni Allah SWT. Setiap kali saya mencatat puisi, akan ada rasa yang sangat kecil tersungkur di RabbNya . Saya catat puisi saya, sama seperti saya munajat - saya menangis tika munajat, saya juga menangis ketika saya mencatat puisi, itu bukan cara tapi itu seadanya saya. Berikut adalah antara puisi saya, yang habis basah tanah batini:



TIKA KUSELUSURI PERJALANAN, ADA NAFAS MERINTIH..
- Rosmiaty Shaari

demi menetapkan perjalanan
kudakap rahsia angin
kuiring dengan seru - aku meneruskan perjalanan ini
dari pintuku ke pintumu
lalu kuletakkan wajahmu di cahaya ungu
dengan langkah kanan dan ayat berfirman
ya, Rahim
cahaya yang bergelora tetap ada
di hujung pucuk-pucuk berlari
di tengah awan-awan putih yang kutiti
kudengar suara zikir
resah bertitir

Allahu...Allahu...
beribu kali
menutup hijab yang bernafsu
perjalanan yang laju
adam yang keliru - olah yang tak menentu
antara hawa yang tunduk membisu
dia membaca namamu di langit kalbu
bersilangpaut pada ketakutan - adalah engkau
hingga akhirnya
belenggu yang merantai
nafsu yang berjejal
melepaskan dia
dari persinggahan

ya, Fatah
mentari bercahaya jingga
merona dalam gelora
kian tunduk -
jangan kaulemahkan langkah ini
kerana lautku semakin reda
perjalananku baru bermula...


 08092011





QASIDAH BAWANG MANIS
- Rosmiaty Shaari

dan apabila ia berpendar di antara dedaun hayat
kau panggilkan ketitir atau bayan dari raudhah
mengepakkan sayap menitirkan zikir
berpendar antara qasidah bawang manis
kauhangatkan cahaya untuk memeluk wangi rerumput
perlahan kauusapkan seluruh

ya, ayuhai
maya yang terbentang
jalur yang memanjang
berjejal cinta dari kasih sang setia
aku terlalu kecil, jangan kau tinggalkan aku
sebesar zarah pun aku terapung di antara lebat rindu
tetapkan aku seorang kekasih dan engkau kekasihku
demikianlah
kubawa bau tanah subuh dalam genggam
dan basah embun yang masih kutatang
kerana harganya
terlalu mahal untuk merungkai dendam

ya, ayuhai
saat teja kembali kembang
kembangkanlah segala kuntum
dari taman belantara ini
sebagai satu persembahan
untuk terakhir kalinya
sebelum kau gugurkan sehelai daun
dari sepohon syajar
dari seuntai janji sesudah fajar..

06 Ramadhan 32


Mengapa ..DARI HITAMPUTIH MENJADI ZARAH??

Mengapa saya tidak memilih tajuk yang lain? Seperti kata saya di atas, setiap kali saya mencatat puisi pasti saya menghubungkan catatan saya dengan Dia. Dia yang mengizinkan saya menulis, Dia yang memberi saya ilham dan lantunan rasa seni itu juga terbit daripada Dia ke dalam batin saya. Tanpa Dia, tiada saya.

Justeru, hitam dan putih itu adalah perjalanan manusiawi yang dicatat  oleh malaikatNya, Roqib dan  Atid, dengan timbangan berat ringannya amalan kita selama meminjam hayat di dunia sementara ini, sebelum kita berubah menjadi zarah, yakni roh yang diangkat ke langit  untuk diadili di padang mahsyar kelak. Makanya, sebahagian catatan puisi-puisi di dalam kumpulan ini adalah catatan-catatan perjalanan manusiawi  semua sebelum kita kembali kepadaNya.

Mudah-mudahan, dengan catatan-catatan saya ...DARI HITAMPUTIH MENJADI ZARAH yang sangat kecil ini, bisa membuka hati nurani sesama kita untuk merenungi tentang anugerah Allah SWT di sekeliling kita. Agar kita menghargai apa jua ciptaanNya, yang di bumi mahupun di langit.

Maha Suci Allah SWT dan segala kebesaran dan kekuatanNya, dari apa yang mereka katakan. Semoga dilimpahkan kesejahteraan ke atas para Rasul. Segala puji bagiMu, ya Allah, Rabb seru sekalian alam. Amin...



Biodata Penulis

Rosmiaty Shaari dilahirkan di Teluk Intan, Perak. Mendapat pendidikan hingga memperolehi Sijil Tinggi Persekolahan. Mengikuti Pengajian Seni Kreatif di Universiti Sains Malaysia tahun 1983/84.  Pada tahun 1988, beliau ditawarkan untuk meneruskan pengajian dalam Penulisan Kreatif dan Deskriptif di bawah Pusat Pengajian Melayu, Universiti Malaya dengan biasiswa yang ditaja oleh Teks Publishing Sdn Bhd, tetapi tidak meneruskan atas sebab-sebab peribadi. Pernah menjadi Editor di Teks Publishing/Singamal Publishing (1985-1989), Editor di Marwilis Publisher (1990-1994), Free Lance Editor bagi Flo Enterprise, Penerbit Karyawan, Penerbit S. Abdul Majeed dan Penerbitan Murni hingga kini. Antara karya yang telah diterbitkan ialah antologi cerpen persendirian Malam Seribu Malam (Teks Publishing,1988), antologi cerpen bersama Mannequin (Kerajaan Negeri Selangor, 1986), kumpulan puisi bersama Temoh Tasik Kenangan (Karyawan Pk, 2010), kumpulan puisi bersama Kampung Bandar Dalam (2010), kumpulan puisi bersama KEMALA - Meditasi Dampak 70 (Insandi, 2011). Karya-karya beliau turut dimuatkan di majalah Dewan Sastera, Dewan Pelajar, Jelita, akhbar Minggun Malaysia, Berita Minggu, Siasah, Horison Online, E-Sastera, Blog Penyair Nusantara dan lain-lain. Kumpulan puisi/sketches bersama Azad (putera ke-2 beliau) berjudul ...DARI HITAMPUTIH MENJADI ZARAH  merupakan kumpulan puisi perseorangannya yang pertama dan baru diterbitkan oleh I Man Creative (2011). Antara antologi yang bakal diterbitkan ialah antologi puisi bersama 15 penyair wanita Malaysia di senggarakan oleh Puan Raja Rajeswari Jayaraman, antologi cerpen bersama empat cerpenis wanita Malaysia/Indonesia terdiri daripada De Kemalawati, Helvy Tiana Rossa, Dr Siti Zainon Ismail dan Rosmiaty Shaari, disenggarakan oleh De Kemalawati (Sasterawan Aceh) dan antologi puisi bantah PPSMI disenggarakan oleh Rosan Azen Md Rasep.

SALAM HORMAT UNTUK SEMUA

21102011
Pusat Dokumentasi Sastera HB Jassin
Taman Ismail Marzuki
Jakarta

Monday 17 October 2011

catatan (lxvi)

kugenggam benih angin
nak kutanam di hujung tanjung
kubawa harum tun teja
nak kupercik di muara ciliwung
dalam helaian hitam dan putih
nak kutebar percik di jari
suara yang berlari
biar bertaut di awan hati
biar memaut kasih Illahi...

Tuesday 11 October 2011

catatan (lxv)

mawar susila itu cahaya
yang memercik antara kita
jangan padamkan percik yang menyala
yang menyuluh hitam putih perjalanan kita
kembangkan kelopak
biar mekar di dada
biar mekar selamanya

Monday 3 October 2011

catatan (lxiv)

makin dekat gerak angin
makin jauh jalur pelangi
kupandang gerak cahaya
berpendar antara kalimah cinta
Adam dan Hawa
kutunggu suaraku tumbuh di sulur cempaka
mekar menjadi kuning kemboja
sebelum gugur ke makan bonda
ingin kutebarkan harumnya
tapi ke makam siapa?

catatan (lxiii)

jemari yang menitir zikir
memercik cahaya berpendar
di sela-sela suara yang berbisik
menurih bahu kiri - panas terasa
api yang merasuk
pedih yang menusuk
hati yang merusuh - menolak jauh
jemarimu jabat juga

ya Rabb, astaghfirullah hal' azim, allazi la ila hailla hual hayyul qayyum, wa'atu bu ilaih..

Saturday 1 October 2011

catatan (lxii)


bertimbun-timbun kertas tisu
kurenyukkan ayatayatku
setelah kucatat tanpa maluku
kubuang tanpa mahuku...

Tuesday 27 September 2011

kau, aku: tanpa kata dan

- nukilan Ismi' Nailofar

Pagi ini,
masih bersisa kelabu
semalam awan meranggas airmata meranai
tanah dan bantal tidurmu basah
oleh pendaman rindu terjelma
dari panasnya terik mentari dan hati berjauhan.
Terpancar dari anak matamu
sejelas titis air di hujung rumput, mencapai anak mataku
yang juga basah semalam.

Kau, aku
takpernah sekalipun berdoa dan berharap
agar kaki kau, aku berjejak lalu dirantai di sini
dengan perih tak terjangkau mata dan rasa
sesudah berteguh hati meninggalkan semua yang dikasihi
tapi bukankah ini semua suratan dari Dia
ar-Rabb dan ILlah, yang menyusun atur hidup kau, aku
demi senyum tawa di hari muka ?
Dia yang Maha Tahu dan Maha Mendengar
suara hati yang ingin benar pulang pada yang dirindukan
namun dia sengaja menguji kau, aku
hamba-hambaNya
kerana Dia sungguh, Mahu Mendengar.

Tidakkah kesamaan ini menjadikan patut
bagi kata ‘dan’
berada antara ungkapan ‘kau, aku’,
biar sama-sama berbahagi sakit dan merawat luka
selama kaki masih berjejak dan dirantai di sini ?

Namun jeling zondermu terus-terusan juga mencapai ruang pandangku
dan bibirmu berkata, “ Kau CUMA berbulan madu,
meniup seruling dan mereguk anggur di sini.”
dan tubuhmu terus berbahasa
dengan bahasa sunyi ‘ ‘kau, aku’; tanpa kata ‘dan’ ’.

Tidakkah laut biru di hadapan itu,
yang kau tatap saban hari mengajarmu
setiap titis gerimis semalam
asalnya dari situ
dan tetap kembali ke situ
sejauh manapun ia  jatuh ?
Seperti itulah apa yang mengikat kau, aku dan ar-Rabb
agar kau sedar lantas seikhlasnya meletakkan kata ‘dan’
antara ungkapan ‘kau, aku’.

Atau perlukah pergelangan tanganku menjadi batang pohon getah
dan kau memegang sebilah pisau
menorehnya, hingga susu merah kesumba hangat mengalir 
hadir sebagai bukti
kata ‘dan’
patut hadir antara ungkapan ‘kau, aku’ ?

SMExcel-Sri Kinarut
1997/98 -2011
I can't recall
the touch of that
lovely hand
at all
O mom!

- Ramli Abdul Rahim

Friday 23 September 2011

catatan (lx)

di bawah bening awan yang kutiti
kututupkan segala rasa yang menindih
kugulung dan kusimpan sukma si bulan putih - tafakurlah...

Wednesday 21 September 2011

catatan (lix)

akulah piala yang tak pernah penuh
sedang kau mutiara berkilauan
mengerdip di dalam lokan
kukutip dengan perlahan
agar pialaku penuh kauhiasi
agar rohaniku sempurna kauabadi...

Tuesday 20 September 2011

catatan (lvii)


suaramu tenggelam dalam gelombang
oleh arus yang bergerak songsang
meski kuapungkan di pucuk berembang
kau tetap hilang di bawah bayang
lalu...
tiraniku tertutup
fajarku menghilang
mentariku terbakar
bulan putihku akhirnya menggelepar...

Friday 16 September 2011

catatan (lvi)

tiba-tiba kau ada
di helaian  kelopak bertabur
kauusap tanah leluhur
kaulentur ranting mengunjur - (aku sesibur bertafakur
bertitir dengan luhur )
kau embun menitis
basah tamanmu di sulur daun
sejuk jantungku
kaubalut....

Tuesday 13 September 2011

catatan (lv)

tanpa sokong
kayuku tak teguh - kian rebah
disesah ragam musim yang panjang
di taman teja
daunku layu kuntumku ungu
sirihku berselirat rumput melilit
akarku perih...




Monday 12 September 2011

catatan (liv)

cahaya yang berangkat pergi
meninggalkan sunyi pada mimpi
pelangi pun masuk ke dalam diri
meninggalkan ruang menjadi mati
dan raung menjadi ngeri
deru angin yang pergi
pun tidak menyinggah lagi
sekeliling menjadi nyali
hingga vakum mula menguras diri...


Thursday 8 September 2011

bukannya apa...


derai Syawal ini
basah denaiku
kau pergi membawa rindu
dingin kaku dan beku - aku
gigil tak menentu
kerana gelora lautku
membadai dalam keliru -
engkau mata air mengalir  
sempat membasahkan hausku
lalu meninggalkan aku dipuncak sendu

mana bahu hiasan si mawar putih
asuhan rohani merona jingga
menjadi payung sejahtera
dalam dua jiwa satu kata - cinta
adalah naungan
mahabbah adalah hubungan
yang mahu kita saling berusaha
mencari nikmat yang bernama cahaya - DIA
kau dan aku...

09092011
(utk umie zainab)

Monday 5 September 2011

catatan (liii)

kupetik warna jingga di taman firdausi
sambil menikmati harum kasturi
tumbuh cintaku di persada seni
duh... aku terjatuh lagi
terlanggar tunggul mimpi
perihnya kubalut dengan puisi..

catatan (lii)

jendela yang mulai kaubuka
takkan merubah jalur cahaya 
tetamu yang datang
telah lama kausuruh pulang
warkah yang hilang
kausorok di bawah bayang
sampai bila pun
pintu takkan terbuka
setelah kuat kaupalang...

catatan (li)

kusapa semangat awanku
ke mana berlalu
persimpangan yang semakin keliru
perjalanan yang kian berliku
arah nak kutuju belum tahu
hitamputih yang kutampi
yang berserak hampa belaka...

Saturday 3 September 2011

catatan (l)

yang kau bentang di sukmamu, apa? 
jalur yang memanjang, warna yang gemilang -
ataukah aku yang menongkah arus songsang
maafkan, takdirku singgah mencerap alam -  puncakmu putih
bukankah kau yang mengundang
si bayan dari tanah seberang?

lalu jamulah apa yang ada
kalau ada sedikit garam, masinkan laut yang kontang
kalau ada sedikit madu, maniskan sarbat yang sendu..

04092011


Sunday 21 August 2011

catatan (xlix)


yang pergi
(tribute buat Allahyarham Azizi Haji Abdullah)

seperti camar berterbangan
mereka khabarkan pemergian
seorang seniman dan suatu kehilangan
abadilah kau dalam dakapan nur iman
di madrasah ramadhan
dalam rahmat nur Rahman
menuju mardhatillah
menuju kasih sayang Allah...

innalillahi wa innaillaihi raaji'un...

21 ramadhan 32h


Saturday 20 August 2011

catatan (xlviii)

sekeras karang di tengah lautan
seperti harapan dikuras impian
dihempas badai ia menahan
dipanah mentari ia menadah
diderai hujan ia merintih
dihiasi pelangi ia diam
berbisiklah teritip kepada garam
aku menumpang takdirmu, hai batu karang
sampai saat aku akan berangkat pulang...

rapuh - nyanyian Opick

- for my self

detik waktu terus berjalan
berhias gelap dan terang
suka dan duka tangis dan tawa
tergores bagai lukisan

seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati
di antara lelahnya jiwa
dalam resah dan air mata
kupersembahkan kepadaMu
yang terindah dalam hidup

meski kurapuh dalam langkah
kadang tak setia kepadaMu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah padaMu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintaiMu
dalam dadaku harap hanya
diriMu yang bertahta

detik waktu terus berlalu
semua berakhir padaMu

tiada duka yang abadi - nyanyian Opick

- for my self

Tiada duka yang abadi didunia
Tiada sepi merantaimu selamanya
Malam kan berakhir, hari kan berganti
Takdir hidup kan dijalani
Tangis dan tawa nyanyian yang mengiring
Hati yang rindu tanda cinta dijalan-Mu
Namun kupercaya hati meyakini
Semua akan indah pada akhirnya

Andai bisa kumengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Waktu berputar rembulan dan matahari
Bunga yang mekar akan layu akan mati
Malam kan berakhir, hari kan berganti
Takdir hidup kan dijalani

Andai bisa kumengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Andai bisa kumengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Thursday 18 August 2011

catatan (xlvii)

seperti dia datang tadi
bagai bidadari - beningnya mencecah hati
aku tenggelam diselimut sunyi
tatkala aku mengusap ayatayat suci
dia membawa salamku pergi
meninggalkan aku seorang diri

Thursday 11 August 2011

Fathiah Mohamed


Hari ini...sirna kelopak mulusnya
Terketar2 menghitung sisa usia...
Pijar suria menyerakkan harapan
asa yang terpanggang
di aksara hati...rebak...
...dikit2 kian rapuh berselerak
patah hatinya sembari
menghitung janji yang terkulai...

( Dedikasi : Rosmiaty Shaari

catatan (xlv)

tadi malam
ibu melihat puterinya menabur wangi di perdu mimpi
berbunga lagi merah teja di lembah sunyi
oh, ibu, rinduku mengelopak lagi
harum nafasmu masih berbau kasturi - masih kuingat
serupa pelangi
ia sentiasa menyergap di hati...

catatan (xliv)

si kecil gemar berlari mengejar bunga lalang / dia  menemui batil di pinggir kali / tika di buka penutupnya - menyeruak suara hati / mengembang kelopak sari - putih / seroja pun kembali mengapung di lantai mimpi - ah..., si kecil berlari lagi mengejar mimpi...

Sunday 7 August 2011

catatan (xliii)

di madrasah ini:
pejam mataku bukan tidur
diamku kerana syukur
saat kukunci mulutku 
dengan rantai dikakiku
kau buka hijapku
untuk sedikit luka

tatkala kauuji - aku pun menahan
lalu kututup kedua telingaku
tanpa mendengar sesuatu
melainkan suaramu..


Monday 1 August 2011

catatan (xlii)


satu langkah ditinggalkan
melangkah lagi
apakah ada getar dia dalam iya
atau ada getar iya dalam dia
di daerah paling dalam
dari kiam paling diam
ada ayatayat cinta
carilah ....

Friday 29 July 2011

catatan (xli)

kiswah di hadapan pintu kaabah
tatkala kau menggenggam jemariku
kita pun menyatu
panas nafasmu menyeruak suci zuhudku
kamarku berbintang
bulanmu benderang
baitullah pun melihat tubuhku melayang
mengapai hujung kiswahmu -
dari sebalik pintu
getarmu menyambutku datang ...

Sunday 17 July 2011

catatan (xxxviii)



tatkala mentari mengembangkan sayap
ada sajak menyergap qalbu
ia datang satu demi satu
lalu mengetuk pintu-pintu hariku
meminta sedikit jariah
doa dan restu
mengharap sedikit hadiah
dari ayat-ayatMu
lalu kuberikan selaut nafas qalbuku
seikhlas benang siratanMu...

catatan (xxxvi)


belukar adalah taman bagiku, indahnya tak siapa yang peduli. cicip merbah, siul ketitir, resak sesibur, susur ular, sarang penyengat, julai pohon, hijau daun, kupu-kupu menebar sayap, usapan lembut ..,oh angin. ah... apakah tidak kau melihat keindahan itu milik abadi, wahai tunggul kayu? ya, ayuhai...abadikan indah itu di darahku...

catatan (xxxv)

perlahan ia datang
menjenguk kalbu
mohon singgah, katanya
untuk menitip salam
dan aku izinkan 
lalu ia menutur kalam
ayat demi ayat
riwayat demi riwayat 
hingga perduku  resah
getarku pasrah, ya ayuhai
embun telah menitis
setitis demi setitis
habis basah tanah hadith....